Fatimah dan Putri melangkah keluar dari kelas, mereka baru saja selesai mata kuliah terakhir di hari itu setelah dua jam penuh mendengarkan penjelasan dosen dengan pelajaran mereka. Sesampainya di depan kampus Putri langsung melirik ke kiri dan ke kanan, entah apa yang ia cari sebenarnya. Karna penasaran, Fatimah pun bertanya.
"Kamu cari apa sih Ri?" Tanya Fatimah dengan heran.
"Itu loh, aku sedang mencari kak Ali. Dimana ya dia, kok tidak kelihatan sih?" Jawab Putri masih celingak-celinguk.
Fatimah langsung menghela nafas panjang, lalu ia menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.
"Ya Allah Ri, segitunya ya kamu suka sama kak Ali." Keluh Fatimah dengan rasa herannya.
"Iya, aku juga tidak tau. Sejak awal kita Ospek, kak Ali itu langsung merasuk gitu ke jantung hati aku Ma." Jawab Putri membenarkan.
Fatimah kembali menggelengkan kepalanya aneh, lalu ia segera menarik Putri untuk keluar dari area kampus. Tapi ternyata saat mereka melewati taman ada Ali dan Aziz di sana, sontak saja Putri langsung berdiri semangat dan merapikan penampilannya. Tanpa menunggu lama Putri langsung menghampiri kedua pria itu dan menyapanya, mau tidak mau Fatimah harus ikut menyapa karna Ali dan Aziz sudah melihatnya di sana.
"Assalamualaikum kak." Ucap Putri dan Fatimah.
"Waalaikum sallam." Jawab Ali dan Aziz bersamaan.
"Kalian sudah selesai kelas?" Tanya Aziz santai.
"Iya kak, baru saja. Kalau kak Ali dan kak Aziz, sudah sejak kapan di taman?" Jawab Putri dengan senyumnya.
"Mungkin sekitar satu jam, ya cukup lama sih." Jawab Ali apa adanya.
"Kalian mau langsung pulang ya?" Tanya Aziz memastikan.
"Iya kak, tapi melihat kak Ali dan kak Aziz di sini kami sapa dulu deh." Jawab Fatimah seadanya.
"Oh gitu, ya sudah hati-hati ya?" Balas Ali mengingatkan.
"Siap kak, kalau gitu kita pamit dulu ya kak. Assalamualaikum, ayo Ri." Pamit Fatimah lalu menarik Putri untuk menjauh dari dua pria itu.
"Waalaikum sallam." Jawab Ali dan Aziz dengan sedikit merasa aneh.
"Mereka kenapa ya?" Gumam Ali bertanya-tanya.
"Tau, aneh deh. Ya sudahlah, mending kita fokus dulu mencari judul untuk skripsi." Balas Aziz tidak memperdulikan.
Di sisi lain, Putri merasa kesal karna Fatimah malah menariknya menjauh. Padahal ia ingin dekat-dekat dengan Ali, tapi malah di gagalkan oleh temannya sendiri.
"Ya ampun Ma, kenapa harus buru-buru sih? Aku kan mau dekat-dekat dengan kak Ali dulu tadi." Protes Putri pada Fatimah.
"Justru karna aku tau niat kamu tidak baik, makanya aku langsung tarik kamu menjadi dari mereka." Jawab Fatimah dengan santai.
"Ih Ma, kamu mah jahat." Keluh Putri pada Fatimah.
"Terserah, yang penting kamu tidak nambah dosa." Balas Fatimah penuh penekanan.
Putri terdiam, Fatimah itu memang paling bisa deh kalau membuat orang kalah dalam berdebat dengannya. Apalagi kata-kata mutiaranya itu tentang dosa, jelas saja semua orang akan langsung terdiam termasuk Putri.
"Kamu itu benar-benar deh, kesempatan aku hilang begitu saja." Gumam Putri menyesal.
Fatimah melirik Putri heran, padahal ia sudah berusaha keras untuk menjauhkan temannya itu dari dosa. Tapi kenapa dia malah mengeluh dan menyesal? Dan memang seperti itulah manusia, terlalu mudah di kendalikan oleh nafsunya sendiri. Padahal mereka tau jika hal itu salah, tapi tetap mereka lakukan karna rasa nyaman dari nafsu.
"Ri, banyak-banyak istighfar deh. Aku tau kamu suka sama kak Ali, tapi bisakah sewajarnya saja? Kamu ini terlalu berlebihan Ri, bahkan kamu sampai melupakan batasanmu sendiri." Ungkap Fatimah dengan jujur.
Putri terdiam, apa yang Fatimah katakan itu memang benar. Tapi mau bagaimana lagi, hatinya terus bergejolak saat ia melihat pria bernama Ali itu. Dan seharusnya Fatimah sebagai teman mendukungnya, tapi ini malah terus menekannya akan batasan-batasan yang Putri sendiri sudah paham tentang itu.
"Ma, kamu jangan seperti itu dong. Aku tau maksud kamu baik ingin menasehati aku, tapi kamu terlalu ikut campur dalam urusan pribadi aku." Keluh Putri dengan malas.
Fatimah terkejut dengan apa yang Putri katakan, padahal ia tidak ikut campur tentang apapun. Fatimah hanya mengingatkan saja jika apa yang Putri lakukan itu salah, kenapa ia malah di anggap ikut campur?
"Ri kamu salah paham, aku tidak pernah ikut campur dalam urusan pribadi kamu. Aku hanya mengingatkan saja kok, karna kamu sudah melewati batas Ri." Jawab Fatimah tidak setuju.
"Nah, itu dia. Kamu itu menasehati aku terlalu jauh Ma, aku tau apa yang terbaik untuk hidup aku sendiri. Kamu yang seperti itu malah membuat aku jadi seperti terkurung, aturan-aturan kamu itu bahkan lebih ketat dari pada hukum yang sebenarnya. Aku juga ingin bebas Ma, ingin menentukan pilihanku sendiri." Balas Putri mengungkapkan isi hatinya.
Fatimah terdiam, ia benar-benar tidak menyangka jika Putri bisa berkata sekejam itu. Padahal selama ini semua baik-baik saja, dan Putri tidak pernah protes dengan peringatannya. Tapi semenjak Putri menyukai Ali, sikapnya perlahan berubah. Putri menjadi lebih banyak bicara dan bertindak, bahkan ia tidak malu untuk menyapa pria itu duluan. Dimana Putri yang pemalu? Dimana Putri yang mengerti agama seperti Fatimah?
"Ri, kamu kok berpikir seperti itu sih. Aku kan hanya mengingatkan, apa itu salah? Seharusnya kamu sadar Ri, disini memang kamu yang salah karna itu aku mengingatkan kamu." Tekan Fatimah tidak habis pikir.
"Oh, jadi kamu merasa yang paling benar gitu? Ma, mending kamu urus hidup kamu sendiri dulu. Memang hidup kamu sudah benar? Jangan hanya menasehati orang saja Ma, nasehati juga dirimu sendiri. Sudahlah, aku mau pulang sendiri." Jawab Putri dengan tatapan tidak terimanya.
Setelah mengatakan hal itu, Putri melangkah meninggalkan Fatimah sendiri di sana. Entah apa yang terjadi sebenarnya, tapi hubungan mereka kini terlihat begitu rapuh dan akan hancur. Fatimah menatap punggung Putri dengan heran, ia sama sekali tidak mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi. Semua berjalan begitu saja, bahkan ia sendiri tidak menyadarinya.
Dengan rasa bingungnya Fatimah melangkah menyusuri jalan, lalu ada sebuah angkutan umum yang berhenti di dekatnya. Fatimah langsung saja naik angkutan itu, karna ia memang ingin pulang. Pikiran Fatimah masih berputar, ia memikirkan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Putri tadi. Rasanya tidak terduga, karna semua berawal dari masalah yang sepele.
Seketika Fatimah mengerti, semua yang terjadi itu karna pria bernama Ali. Rasa suka Putri pada pria itu membuat hubungan pertemanan Putri dengan Fatimah jadi renggang, perubahan sikap Putri jelas karna ia menyukai Ali. Entah kenapa Fatimah jadi bingung harus apa, semuanya jadi kacau dalam sekejap.