Lovya menghela napas, ia teringat kembali percakapannya dengan Heny beberapa jam yang lalu. Ponsel masih menyala dan tersambung dengan Azelo, tapi untuk mengeluarkan sepatah kata terasa sulit.
Hanya perlu kejelasan. Dan kalau memang semua yang dikatakan Heny benar, ia tidak akan apa-apa. Serius!
[Saya sampai ke situ sepuluh menit lagi.] Azelo mengirim pesan.
Lovya membacanya tanpa membalas.
Bayangan anak perempuan berumur lima tahun menari di pikirannya. Wajahnya menang mirip dengan Azelo, hingga struktur wajahnya seolah hanya copy paste pria itu. Awalnya Lovya tak percaya, tapi ketika Heny datang dan menceritakan kepadanya, kepercayaan itu sedikit demi sedikit memudar.
Ada anak yang dikorbankan selama ini.
Ia masih duduk melamun di sofa, ketika pintu dibuka kasar dari luar. Azelo berdiri di sana, terengah-engah menatapnya.
"Duduklah, Om."
"Apa sesuatu telah terjadi?" Azelo berjalan cepat, ia sampai di depan Lovya duduk dan berniat meraih kepala istrinya.