Alexa Patricia Eduardo gadis berusia 21 tahun anak dari pengusaha pasangan tersohor di Inggris bernama Alexander Peter Eduardo dan Felicia Wellington, akan melangsungkan pertunangan dengan salah satu putera rekan bisnis ayahnya.
Awalnya Alexa menolak dengan pertunangan ini, tetapi sang ayah menolak tegas penolakan yang diberikan putrinya.
Berbagai macam cara Alexa lakukan untuk menghindari pertunangan ini. Namun sayangnya semua rencana yang dibuatnya gagal dan diketahui oleh ayahnya.
Akan tetapi, malam ini yang tak pernah disangka oleh Alexander, rencana licik putrinya membawa dampak kericuhan pesta pertunangan itu.
Alexa lari dan lepas dari pengawal ketat Alexander, dengan mengelabui penjaga untuk datang ke kamarnya dan memberikan obat tidur yang sudah dicampur ke dalam kopi.
Dengan berbekal uang seadanya, tanpa membawa barang-barang mewah yang dimilikinya, dia berlari kencang tanpa menoleh ke belakang mansion keluarganya.
Dan disinilah Alexa sekarang, di sebuah club sederhana dengan minimnya fasilitas yang ada. Tanpa adanya penjagaan yang ketat, memudahkan orang masuk tanpa pemeriksaan terlebih dulu.
Alexa memang sengaja, memilih klub ini, karena inilah satu-satunya klub yang tidak mungkin di cium keberadaannya.
Alexa duduk disebuah kursi bar, memesan wine untuk menjernihkan pikirannya yang berkecamuk. Meminum wine itu dengan kasar tanpa berhenti, hingga beberapa botol dia habiskan.
Sampai Alexa pun mabuk, dan menabrak seorang pria yang baru masuk ke dalam klub itu.
Umpatan kecil dari pria itu terdengar oleh Alexa, membuat keributan kecil terjadi.
"Dasar gadis buta!" maki pria itu.
"Apa kau bilang? Kau meneriaki ku buta!" balas Alexa tidak suka ada orang yang memaki dirinya.
"Kau kau tidak buta terus apa! Tidak mungkin aku menyebutmu tuli!"
"Brengsek! Kau pikir dirimu siapa tuan! Kau memaki tanpa sebab!" kesal Alexa bertolak pinggang menghadapi pria arogan di depanya.
"Kau tidak perlu tahu siapa diriku! Tetapi yang jelas aku tidak suka kau menabrakku semaumu!" ucap pria itu pergi meninggalkan Alexa yang kesal pada dirinya. Tidak peduli dengan teriakan Alexa yang menyumpah serapahi dirinya.
Alexa yang hendak menghampiri pria brengsek itu, terhalang dengan kesadaran yang mulai melemah. Dia butuh istirahat untuk mengembalikan tenaganya esok hari.
Dan akhirnya Alexa memesan sebuah kamar yang berada di dalam klub itu, tidak peduli dengan kamar hotel yang jauh dari kata mewah. Yang terpenting sekarang dia butuh kamar untuk tubuhnya.
••••
Tak terasa pagi pun menjelang, matahari sudah tampak bersinar, terdapat dua orang di dalam satu ranjang, tergulung di dalam satu selimut yang sama.
Alexa mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan indra penglihatannya karena sinar mentari menyilaukan matanya. Tapi satu yang dia belum sadar, ada seorang pria berada disampingnya masih terlelap.
Dan tak berselang lama, Alexa merasa ada keganjilan di ranjang yang dia tiduri semalam, sontak saja dia pun terkejut melihat pria asing tidur satu ranjang dengannya.
Akhirnya, Alexa mengecek seluruh pakaian di tubuhnya, untung saja pakaian yang ia kenakan masih melekat di tubuhnya.
Raut wajah kesal menyelimuti diri Alexa, tak segan-segan dia pun memukul pria itu dengan menggunakan bantal guling berkali-kali hingga membuat pria itu terbangun.
"Sialan! Siapa yang berani membangunkan aku!" kesal pria itu merasa tidurnya terusik.
Lalu pria itu pun terkejut melihat gadis yang semalam bertengkar dengannya. Alexa pun sama terkejutnya melihat pria yang tadi malam mengejek dirinya buta.
"Kau!" mereka berdua sama-sama saling menunjuk.
"Apa yang kau lakukan dikamarku nona buta!" tanya pria itu menatap Alexa dingin.
"Ckk..! Kamarmu, yang benar saja tuan. Aku memesan kamar ini dari semalam! Kau lah yang masuk ke kamar hotelku!" ucap Alexa tidak mau disalahkan.
"Apa kau bilang? Memesan kamar ini, kau benar-benar gadis buta rupanya, jelas-jelas kamar ini adalah milikku, dan kau menyelinap masuk ke dalam apartemenku!" jelas pria itu dengan suara dingin.
Alexa pun tidak terpengaruh dengan nada dingin pria di samping, malah dia masih menuduh pria itu yang menyelinap masuk ke dalam kamar hotelnya.
Enggan menanggapi gadis cerewet seperti Alexa, pria itu pun menelpon salah satu staf apartemen miliknya untuk datang ke dalam kamar miliknya.
Dan hanya 5 menit, staf apartemen itu pun tiba di apartemen milik pria itu yang sudah ditunggu olehnya sejak tadi.
"Mr. Xander, ada yang bisa saya bantu?" tanya staf itu.
"Jelaskan pada nona ini, siapa pemilik apartemen ini yang sebenarnya," ucap pria itu yang diketahui bernama Kevin Antonio Xander.
"Sebelumnya, saya minta maaf pada anda nona, saya ingin mengungkapkan semuanya, pemilik apartemen ini adalah milik Mr. Xander, dan kemungkinan besar anda lah yang salah mengira bahwa apartemen ini bukan lah kamar hotel yang anda pesan," ucap staf tersebut menjelaskan pemilik apartemen ini.
Alexa sontak terkejut mendengar penuturan staf apartemen itu, hingga dia membelalakan matanya sulit dipercaya, tapi itu semua tidak menunjukan raut wajah terkejutnya, malahan dia justru berusaha untuk tidak terpengaruh. Dia tidak ingin terusir dari apartemen ini.
"Aku tidak masalah sama sekali, mau ini hotel atau apartemen yang jelas aku akan tetap tinggal disini," tutur Alexa tidak terpengaruh dengan semua penjelasan staf itu.
Yang dia pikirkan sekarang adalah tempat tinggal untuk sementara waktu, bersembunyi dari kejaran ayah dan pengawal ayahnya, tapi apa yang dia dapatkan adalah penolakan dari pemilik apartemen itu, menolaknya dengan tegas.
"Kau tidak bisa tinggal di apartemenku, aku menolak gadis buta sepertimu yang tidak memiliki etika!" tegas Kevin tidak suka jika ada orang lain yang tinggal bersama dirinya di atap yang sama.
"Terserah aku tidak peduli dengan keputusanmu, yang jelas aku akan tinggal di tempat ini. Suka atau tidak suka!"
"Gadis gila..!! Kau pikir kau siapa beraninya kau terhadapku!" kesal Kevin baru kali ini dia menghadapi gadis keras kepala.
Alex sendiri pun tidak terpengaruh dengan ejekan Kevin, dia menantang kevin dengan bertolak pinggang, tidak takut dengan tatapan dingin, menyalang ke arahnya.
"Brengsek! Kau menantangku gadis gila!"
"Tentu saja! Aku menantangmu, kau ingat apa yang kau lakukan padaku semalam! Apa kau akan lari dari tanggung jawabmu!" ucap Alexa tersenyum smirk ke arah Kevin.
Kevin mengumpat kesal, mendengar perkataan Alexa di depan staf yang masih berada di sana, dia pun mengisyaratkan staf itu untuk pergi, sebelum memberi pelajaran Alexa.
Tanpa pamit, staf itu mengundurkan diri. Tidak ingin ikut terlibat lebih dalam lagi. Dan meninggalkan meninggalkan mereka berdua.
"Kau menentangku nona, kau tidak tahu siapa aku! Jangan salahkan aku bertindak kasar denganmu!" tegas Kevin menggertakan giginya, marah bercampur kesal.
"Aku tidak peduli siapa kau, tuan! Karena aku tidak peduli!"
"Kau..!" amarah Kevin sudah mencapai puncak, dia mencengkram tangan Alexa, mengeret Alexa hingga ke pintu apartemennya. Mengusir Alexa secara paksa.