Wanita itu benar-benar tidak tahan dengan siksaan yang diberikan oleh kelima tokoh sesat itu. Ia lebih baik mati mengenaskan daripada harus di siksa terlebih dahulu.
Sekuat dan sedingin apapun dirinya, hakikatnya ia masih merupakan manusia. Manusia yang sama seperti pada umumnya.
Baginya, lebih baik merasakan sakit dicabut nyawa yang teramat sangat tapi satu kali, daripada harus merasakan sakit yang tidak sebanding dengan kematian namun berkali-kali.
Rasanya, pendapat semacam itu bukan hanya berlaku bagi di wanita bercadar putih. Bahkan mungkin bagi semua orang yang hidup di muka bumi ini juga sama halnya.
Tapi sayangnya, permohonan di wanita bercadar putih itu tidak didengar oleh lima tokoh sesat. Bukannya menurut atau merasa iba, mereka justru malah tertawa lantang.