Iko menunggu kelanjutan ucapan Indro. Pria setengah baya itu menatap Iko dengan raut yakin.
"Kita bukan misinya," lanjut Indro.
Ia hanya mengangguk atas ucapan ayah dari Anya itu. Ia tahu, keluarganya bukanlah misi dari Yanto. Akan tetapi, jika dari salah satu anggota keluarganya ada yang menghalangi misi pria itu, maka bisa terjadi perkelahian diantara keduanya.
"Tenanglah," ucap Indro seraya menepuk bahu Iko.
Iko mengangguk. Ia lalu masuk untuk mencari air minum, tenggorokannya kering. Langkahnya sedikit terburu, karena ia juga ingin buang air kecil.
"Bruk!"
Ia bertabrakan dengan seseorang, sontak Iko menahan tubuh orang itu agar tak jatuh dan itu adalah sebuah kesalahan. Sebab, orang yang ia tabrak adalah Sinta. Jadilah mereka saling tatap lagi untuk yang kedua kalinya dan memunculkan sengatan cinta di seluruh tubuh.
Iko tak ingin perasaan itu menggerogoti dirinya. Dengan cepat, ia membantu Sinta untuk berdiri dan meminta maaf. "Maaf, Mbak."