Selamat membaca
.
.
Sonia mengangguk paham, kemudian dia melanggkah masuk kedalam ruanganya. Wanita itu sedikit beruntung karena memiliki ruangan yang bersipat pribadi dan terpisah daripada yang lain. Jika tidak, maka habis suah dirinya.
"Ew, malah plying victim dia," sewot salah seorang gadis dari Bagian humas.
"Sudah, kalian juga kenapa natap dia seperti tadi?" Nasehat orang yang sama dengan yang menepuk pundak Sonia.
"Kenapa? Kita kan cuma liat doang, kan kita punya mata,"
"Sudahlah, lanjut saja ke pekerjaan kalian,"
Ruangan Devisi Aku menoleh ke kursi belakangku, disana ada Marvin yang tertidur di kusri khusus. Aku berikir untu makan siang terlebih dahulu seblum kembali ke rumah baru kami. Ya, rumah baruku dan marvin.
"Kalau di pikir pikir, aku tidak tahu panggilan mu untu ku apa ya, yang cocok?" gumam ku sambil menunggu lampu kembali berwarna hijau.
Tin….
"Aghhh… Sialan! Sabar ngapa!"