Terhitung satu bulan kurang seminggu Lintang menjalankan proyek-proyek kesehatan WHO di Pajut, dan nampaknya ia sudah terbiasa dengan aktivitasnya berjalan kaki sendirian, pulang pergi mengunjungi rumah pasien. Anak-anak yang dirawatnya karena berbagai penyakit itu tinggal di kampung nelayan, tak jauh dari klinik dan rumah kontrakannya. Hampir setiap hari Rabu sore menjelang Maghrib Lintang berjalan kembali dari kampung nelayan dan tempat pelelangan ikan itu, melewati pantai yang kerap kali mencuri perhatiannya untuk sekedar menenangkan diri.
Kali ini pun sama, Lintang menanggalkan barang-barangnya di tepi pantai yang tak terkena ombak. Alas kakinya dilepas, celana bahannya digulung sampai atas mata kaki, sementara lengan kemejanya sampai siku. Perlahan ia berjalan menapaki pasir pantai yang terasa bergerak ketika air turut menyentuh kedua kakinya.