Sabir melirik Lintang sekilas, tampak dokter itu makan seperti biasa di sebelahnya, berhadap-hadapan dengan Gayatri. Sabir menghela nafasnya lega, karena akhirnya ekspresi Lintang tak seburuk tadi malam, ketika ia menemukan jasad pria yang direncakan menjadi petunjuk keberadaan pemimpin Adhael.
Berniat perhatian, Sabir menggeser mangkuk berisi sup ikannya yang sisa setengah pada Lintang. "Makan aja, saya kenyang."
Lintang, Gayatri, bahkan Tama dan Rhea mengerutkan dahi mereka. Heran, sejak kapan dua orang itu bisa akur dengan aura persahabatan yang mencolok?
"Kesambet?"
"Ck! Giliran dibaikk..."
"Eeeh! Pamali ngambil apa yang udah dikasih." Lintang lekas menarik mangkuk sup yang hampir ditarik kembali oleh Sabir. "Thanks."
"Hm. Ngomong-ngomong, meskipun dia meninggal, lokasi Jabber dan Adhael udah ketahuan." Sabir malah membuka topik serius di saat yang tidak semestinya.
