Naira dan Fiki memperhatikan Lintang yang sedari tadi mundar mandir di ruang tengah. Lintang berusaha menghubungi Gayatri sejak semalam, tapi tidak kunjung diangkat, padahal nomornya aktif. Kesal, Lintang akhirnya menyerah. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan, ia hampir terlambat ke kantor.
"Ada Tama, Lin..."
"Lo gak ngasih tau gue, Fik!" sentak Lintang, membuat Fiki 'kicep' di tempat, sementara Naira hanya geleng-geleng kepala. Naira sadar betul anaknya itu memang sangat posesif pada siapa pun orang pentingnya.
"Ya maaf, soalnya gue kira lo udah tau karena Tama bilang lo nyuruh dia ngomong sama Gayatri."
"Lo kira ngomong sama ngerawat itu sama artinya? Sek mikir, Cuk!" kesal Lintang sekali lagi. Ia bahkan sudah mengeluarkan kata mutiara khas Jawa. Kekesalan sudah mencapai puncak.
"Terus lo mau ngapain sekarang? Gak mungkin lo mau nyusulin dia ke Maluku?"