Tama memotong ujung benang organik usai menjahit luka robek di bahu kanan Gayatri. Luka tembak Gayatri itu cukup parah, menembus bahu bagian atas mendekati permukaan kulit leher. Tama pun mau tak mau harus berkonsentrasi dengan matanya yang sangat mengantuk. Tadi ia sudah tertidur di tendanya sekitar jam sepuluh malam, namun ia lekas kembali ke klinik usai Irsyad membangunkannya, mengatakan bahwa Gayatri perlu ditangani karena terluka dalam operasi penyergapan.
"Udah selesai."
"Bersyukur pelurunya gak sampai kena ke pembuluh nadi di leher kamu ini," ujar Tama selagi membereskan peralatannya.
Gayatri menghela, memejamkan matanya menenangkan diri. "Makasih, Dokter Tama," ujarnya, hendak langsung beranjak sebelum Tama lekas menahannya. "Mau kemana kamu? Tidur di situ, biar saya temenin."
"Hah?" Gayatri memicingkan matanya. "Nemenin? Yang bener aja."
"Gak usah mikir aneh-aneh. Saya dokter di sini, dan saya bisa dimarahin Pak Ziyad kalau kamu gak diurus sampe besok pagi."