Gadis mungil dengan gaun berwarna cream, duduk terpuruk disudut kamar. Dia membenci pria itu, pria yang telah merenggut kesuciannya.
Tapi, dia lebih membenci pria yang sangat dia cintai harus bertunangan dengan kakaknya bernama Anya.
Pria yang sangat dia cintai dan juga pria yang sangat dia benci telah merenggut kesuciannya, dan sekarang? Didepan matanya dia harus melihat pertunangan sang kakak dengan pria tersebut.
Apa maksud dari takdir semua ini?
Dia tidak menginginkan pria itu untuk bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat kepada dirinya. Dia memang tidak menginginkan itu, karena dia sangat membenci pria tersebut.
Tetapi... dia lebih benci pria itu karena bertunangan dengan kakaknya hanya untuk membalas rasa kecewanya terhadap dirinya.
Kecewa... karena telah mempermainkan perasaan pria itu, pria yang sangat mencintai gadis mungil itu.
"Sudahlah Vi, ikhlaskan semuanya. Bukankah ini yang kamu inginkan? Menyembunyikan semua ini dari keluargamu..." Kenand sahabat Viola sejak TK, SD, SMP dan sekarang masih satu SMA dengannya mencoba menghibur gadis yang telah mencuri perhatiannya sejak kecil.
Viola terus menangis sesegukan sambil menenggelamkan kepalanya dikedua lututnya, tanpa menghiraukan Kenand seraya mengelus pundak Viola yang bergetar karena isak tangisnya.
"Atau... kamu ingin mengatakan semua ini kepada keluargamu sekarang? Sebelum pertunangan Kakakmu dan dokter Fadil dimulai? Aku akan menemanimu Vi, ayoo!" Kenand menarik lengan Viola dari atas lututnya, namun gadis itu mencoba menahannya. Mengangkat wajahnya yang telah sembab dengan airmata sambil menggeleng lemah dan menarik kembali tangannya.
"Jangan... aku tidak ingin melakukannya. Aku tidak ingin membatalkan pertunangan mereka, aku tidak ingin dokter Fadil semakin membenciku..." katanya dengan suara terisak.
"Kenand, bisakah kau menemaniku saja disini? Aku tidak ingin kemana-mana, aku tidak ingin melihat mereka..." sambung Viola.
Kenand yang setengah berdiri, akhirnya duduk berlutut dihadapan Viola. Lalu, mencondongkan tubuhnya kepada Viola, memeluk gadis mungil itu dengan sangat erat.
"Jangan khawatir, aku akan menemanimu Vi. Seperti dulu, seperti kita kecil... aku selalu menemanimu kemanapun kamu pergi..." Kenand kembali mengelus pundak Viola berusaha menenangkan gadis mungil tersebut.
Tluk tluk tluk...
Seorang pria bertubuh tegap, kulit putih yang tertutup jas hitam serta kaki panjang dengan celana panjang hitam berjalan mengarah ke arah satu kamar yang tidak terkunci, bahkan tidak tertutup terlalu rapat.
Pria itu, hapal betul kamar siapa gerangan yang tidak tertutup pintunya. Itulah tujuan dia, diam-diam mencari satu kamar yang dia sangat yakini bahwa gadis mungil yang dicarinya selama beberapa jam pasti berada didalam kamar itu.
Deg!!
Jantungnya seakan berhenti berdetak, satu tangannya memegang kencang knop pintu. Bola mata hitamnya menatap tajam dari balik pintu, melihat gadis mungil yang dicarinya selama beberapa jam tengah berpelukan dengan seorang pria disudut kamarnya.
'Jadi, ini yang kamu inginkan Vi? Membiarkan pertunangan ini terjadi sesuai keinginan kedua orangtua kamu, agar kamu bisa bersamanya? Bersama dengan pria yang kamu anggap sahabat itu?' Bisik pria itu dalam hati, tanpa mengetahui kebenaran yang sebenarnya terjadi dan tidak mendengar apa yang tengah mereka katakan.
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
~velove_girlie~