Fatir merasa dibodohi oleh rekannya. Demi apapun masakan buatan Sora sangat mengerikan. Untuk memulihkan lidahnya yang dikejutkan garam--Fatir meminta segelas latte dengan banyak krim pada Daniel.
Kali ini Daniel tidak bisa membantah, semua penderitaan Fatir disebabkan olehnya. Mau tidak mau Daniel membawa rekannya ke sebuah coffe langganan namun, sebelum itu dia mengirim pesan pada Sora agar wanita itu tidak cemas. Tidak lupa Daniel juga meminta Sora tetap di rumahnya selama dirinya di luar.
Kesempatan ini dimanfaatkan Fatir untuk membahas perihal luka di tangan Daniel. Lelaki dengan tinggi badan 185 cm, kini saling menatap dalam diam. Tidak lama pesanan mereka datang. Fatir meraih latte-nya menikmati penuh syukur.
"Akh ... Akhirnya aku hidup lagi," ucap Fatir seolah terbebas dari siksaan. Sekarang lidahnya begitu manis. Fatir sangat menyukai latte krim kocok itu.
"Cepat katakan apa yang dikatakan dokter!" tuntut Daniel tak sabaran. Sejak kepulangannya di rumah sakit Fatir tidak mengatakan apapun mengenai luka ditangannya.
"Kau seperti cenayang saja, tahu apa yang aku pikirkan."
"Sejak awal aku tahu ada yang tidak beres. Aku sadar kejadian kemarin pasti akan terjadi. Aku juga sudah menduga orang jahat itu akan melakukan apapun demi mendapatkan keinginannya," cerocos Daniel.
"Bibirku sudah gatal ingin mengatakan ini padamu kemarin. Dokter hanya mengatakan kau kelelahan yang disebabkan setres, kurang tidur dan jaga juga pola makan. Aku lihat setelah kau tidur dua jam tubuhmu kembali bugar dan keadaanmu membaik. Mengenai luka di tanganmu hanya goresan biasa tidak ada hal yang berbahaya," jelas Fatir hanya goresan biasa? Tetapi sampai delapan jahitan why?
"Aku mengenal tubuhku ini. Mungkin benar aku setres dan kurang tidur sebab akhir-akhir ini aku selalu berada di depan rumah kontrakan Sora. Aku tidak dapat menyembunyikan faktanya, sebenarnya aku sangat cemas orang suruhan Mr. Aland datang ke rumah wanita itu, makanya aku mengintainya diam-diam."
Fatir menggeleng setelah mendengar penuturan Daniel. Tentu saja semua perbuatannya tidak bisa dibenarkan sebab Seorang agen rahasia tidak boleh terlalu terpaku dalam pada target kliennya. Satu hal yang membuat Fatir tak percaya karena Daniel mau melakukan semuanya demi Sora. Ini jauh dari ekspektasinya.
"Kau sudah berubah banyak sobat. Sepertinya aku tidak bisa mengenalmu sekarang. Di mana rekanku yang dulu itu?" Fatir nampak kecewa namun tidak dapat merubah pendirian Daniel.
"Bukan hanya kamu yang tidak mengenalku. Aku pun heran kenapa bisa berbuat seperti ini, hanya karena Sora. Ya semua karena perempuan polos yang memiliki nafsu makan banyak." Daniel mengusap wajah licinnya menyesali atas segalanya.
"Sudahlah yang lalu biarlah berlalu, mari buka lembaran baru."
Alis tebal Daniel mengerut ucapan rekannya memiliki maksud tertentu.
"Kenapa aku harus membuka lembaran baru? Jangan bilang kau ingin aku meninggalkan Sora di saat anak buah Mr. Aland mengintai wanita itu?" Daniel menggeleng dengan seringai kecilnya.
Fatir tidak bisa membantah semua tebakan Daniel tidak meleset. Apapun yang telah terjadi membuat Fatir harus meluruskan pekerjaan rekannya, menjauhkan dari Sora sesuatu yang harus Fatir lakukan.
...
Sora benar-benar pacar penurut. Berdiam diri di dalam rumah pacarnya. Banyak hal yang harus dibersihkan untuk mengurangi kesepiannya selama sendiri. Lambat laun Sora mulai bosan setelah membereskan isi rumah pacarnya. Merenung di depan televisi yang tidak membuat betenya hilang, kebetulan acara di televisi tidak menarik.
Sora berdecak tanpa sadar menjatuhkan remote control televisi mendengar nada dering pemanggil dari paman Rudy.
Sudah lama sejak Sora meninggalkan rumah baru kali ini Rudy menghubunginya. Rudy meminta Sora untuk bertemu di sebuah tempat yang tidak dilewati istrinya. Sepertinya Rudy meminta Sora agar bergegas karena lima menit kemudian Sora sudah menenteng mini bag-nya.
Selama menunggu taxi online datang--Sora mengetik beberapa pesan yang akan dikirim pada pacarnya. Namun, pesan tersebut tidak sepenuhnya selesai seseorang meraih tangan Sora tiba-tiba. Hal itu begitu mengejutkan.Sora terpaku di tempat mendadak dua kakinya tidak ada tenaga untuk melangkah.
"Bibi Candy?" ucap Sora raut wajahnya menegang.
Candy menunjukan senyum kepalsuan. "Hai Sora. Apa kabarnya sayang? Bibi kangen berat sama kamu."
"Kenapa Bibi ada di sini?" Sora tidak bisa menutupi ketakutannya pertemuan dengan Bibi Candy hal yang harus ia hindari. Sampai dia mengabaikan pertanyaan Candy.
"Apa kau tidak senang melihat Bibi? Oke Bibi mengerti. Tetapi kau harus tahu ada sesuatu yang Bibi minta."
"A-apa itu?" tanya Sora terbata.
"Ada saja. Lebih baik mencari tempat nyaman agar obrolan kita lebih tenang." Dengan sikap manisnya Candy melenggang pergi sebelum Sora menyanggupi.
Sora tidak memiliki keberanian menolak ajakan bibinya sekalipun tidak suka. Pada akhirnya dia mengikuti kemana langkah bibi Candy membawanya.
Kafe-in hanya tempat itu yang ada disekitar. Candy memesan jus dan cemilan kesukaan Sora tetapi langsung ditolak.
"Jangan bekerja keras melakukan apapun untukku. Percakapan kita tidak lama untuk apa memesan. Sekarang katakan apa yang Bibi inginkan dariku?" Sora tidak mau berlama-lama bersama bibi Candy. Tahu sendiri Candy seperti apa?
"Baiklah Sora. Bibi juga tidak suka mengulur waktu. Langsung saja ke intinya." Candy memperlihatkan kotak beludru merah maron pada Sora. Kotak itu berisi satu set perhiasaan putih pemberian Jerry.
"Bibi tahu perbuatan Bibi tidak bisa dimaafkan. Rasanya terlalu lancang meminta sesuatu yang mungkin saja tidak membuat kamu bahagia. Asal kamu tahu Sora. Satu set perhiasaan ini sangat berarti untuk pamanmu. Bibi tidak pernah mengatakan ini sebelumnya. Sudah lama menyembunyikan kesehatan pamanmu. Laman Rudy sakit, sekarang dia membutuhkan uang untuk berobat. Perhiasaan ini Bibi dapatkan dari mantan pacarmu, Jerry."
Deg!
Seperti ada yang menghantam dada Sora, begitu menyakitkan namun tidak berdarah.
"Kenapa harus lelaki itu? Kenapa Bibi tidak memberitahuku sebelumnya? Jika paman sakit mana mungkin aku pergi dari rumah!" Sora kecewa karena tidak tahu menahu keadaan pamannya..
"Hanya dia harapan Bibi. Mencari pinjaman itu tidak mudah Sora. Untung saja mantanmu baik mau meminjamkan perhiasan. Sebenarnya pamanmu sangat beruntung, mantanmu memberi kelonggaran pada Bibi, tapi sebagai gantinya kamu harus mau menerima dia seperti dulu!"
Candy tidak perduli baik atau buruk. Yang ada dipikirannya hanya satu menyelesaikan tugasnya agar Jerry memberinya banyak keuntungan.
Dalam sekejap Sora terbahak. Begitu lucu dan mendebarkan ucapan Bibi Candy seolah perintah yang tidak boleh dilanggar.
"Kenapa aku harus kembali pada si brengsek itu? Apa Bibi tahu apa yang sudah dia lakukan padaku?" Sora tersenyum pahit begitu mudahnya meminta kembali pada si brengsek itu yang sudah mengkhianati. "Aku tidak akan percaya dengan ucapan manisnya. Sekalipun dia memberikan emas puluhan karat. Hatiku tidak ada peluang untuknya. Tidak ada sama sekali."
Sora menegakan tubuhnya. Melenggang pergi sebelum emosinya meningkat. Bukan apa-apa saat ini lagi bokek tidak bisa membeli banyak makanan, emosinya sangat berbahaya dapat menyantap semua makanan dalam hitungan detik. makanya Sora cari jalur aman dari pada mengosongkan kreditnhya.