Sora berhasil ke tempat aman atas bantuan Fatir yang kebetulan berpapasan di toko pakaian. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan Fatir membawa Sora ke tempat tinggalnya. Namun, entah bagaimana mendadak Fatir memiliki rencana lain. Rencana awal menghubungi Daniel, memberitahukan keadaan Sora. Rencana dadakan memberikan Sora ke Mr. Aland.
Mengapa Fatir memiliki ide jahat seperti itu? Bukankah dia akan mendapatkan masalah jika ketahuan Daniel. Sayangnya keinginan Fatir memisahkan Daniel dengan Sora teramat besar semua itu disebabkan perubahan dalam diri Daniel. Jujur saja Fatir lebih senang bekerja dengan Daniel yang dulu sebelum bertemu Sora.
Setelah memberi Sora makan dan minum Fatir mengajak Sora ke taman bunga, di sanalah Fatir akan menyelesaikan misinya. Misi yang seharusnya di selesaikan Daniel.
"Kau suka es krim rasa apa Sora?" tanya Fatir seolah akan melakukan apa saja untuk Sora.
"Aku suka rasa cokelat dan strawberry. Tapi kenapa bertanya?" Sora menatap aneh, mungkin karena mereka belum sedekat itu.
Fatir menggruk kepala belakangnya dengan kaku. "Aku ingin membeli es krim kesukaanmu. Kau tidak keberatan?"
"Oh kenapa keberatan." Sora nyengir, kemudian menyambung ucapannya, "aku akan memakannya dengan senang hati."
"Baiklah, tunggu sebentar ya." Fatir berlalu dari hadapan Sora.
Dalam sekejap es krim kesukaan Sora sudah datang.
"Ini es krim yang kau inginkan," ucap Fatir memberikan es krim corong rasa cokelat dan strawberry pada Sora.
"Terima kasih." Dengan senang hati Sora menikmati es krim pemberian Fatir.
Beberapa saat kemudian setelah es krim itu meleleh di mulut wanita itu. Entah lah tiba-tiba saja Sora merasakan pusing. Tidak butuh lama tidak sadarkan diri.
Fatir memberiakan Sora tergelatak seperti itu. Walau bagaimanapun ia merasa menyesal, namun semua itu demi kebaikan Daniel dan pekerjaannya.
"Maafkan aku, Sora. Aku tidak bisa membiarkan Daniel hancur seperti ini. Setelah usai kau bisa memukulku semaumu. Asal kau tahu Daniel tidak pernah mencintai kamu, Sora. Daniel terlalu baik sehingga dia rela menjadi pacarmu demi melindungimu dari Mr. Aland. Sejak bertemu denganmu, dia telah banyak berubah bahkan aku tidak mengenalnya sekarang."
Setelah menarik napas panjang Fatir merogoh benda pipih di saku jaketnya. Menghubungi suruhan Mr. Aland secepatnya.
Tidak lama kemudian, seseorang mendekati Fatir. Lelaki dengan tubuh besar dan berotot rupanya suruhan Mr. Aland untuk membawa Sora ke markas.
"Tunggu! Aku ingin memastikan sekali lagi. Wanita ini tidak boleh terluka sedikitpun. Kau tidak lupa dengan permintaanku kan?" Fatir mengingat laki-laki tersebut sebelum memangku Sora di atas pundaknya.
"Jika kau cemas padanya kenapa memberikan pada tuanku? Perjanjian awal tetap harus di tegakan demi kelancaran rencana. Kau akan tahu setelah kami menyelesaikan semua ini," ucap laki-laki tersebut, sedikit menarik bibirnya kesamping dengan sinis.
Laki-laki itu berlalu dari hadapan Fatir. Membawa Sora seperti karung beras. Fatir terus memikirkan ucapan laki-laki itu dan ekspresi dinginnya.
"Kenapa aku jadi ragu? Tunggu! Rencana awal harus di selesaikan? Mungkinkah rencana untuk melenyapkan pemilik tato. Astaga kenapa baru kali ini aku sadari?" Fatir meremas rambut belah duanya setelah menyadari arti ucapan orang suruhan Mr. Aland.
Sebelumnya Fatir telah melakukan kesepakatan dengan Mr. Aland untuk tidak menyakiti Sora ketika bersamanya. Namun sekarang situasinya berbeda setelah dia menyadari niat busuk laki-laki yang membawa Sora.
Fatir benar-benar galau tidak tahu rencana yang diambil untuk merebut Sora dari tangan anak buah Mr. Aland. Tentu saja aksi penyelamatan tidak bisa dilakukan seorang diri saja.
"Astaga apa yang harus aku lakukan? Masuk ke dalam markas manusia itu sama halnya mengantarkan nyawa?" ucap Fatir sendiri. Wajahnya memucat dan bibirnya kering.
Fatir telah melakukan dosa besar yang tidak mudah dimaafkan. Atas kebodohannya nyawa Sora terancam.
...
Daniel masih berusaha mencari Sora di pinggiran jalan, pertokoan dan tempat ramai yang biasa di singgahi Sora. Ia bahkan masuk ke beberapa rumah makan yang pernah didatangi Sora, ia berharap wanita suka makan itu ada. Namun sayang semua usaha ekstra kerasnya tidak membuahkan hasil.
Daniel melangkah lemas sesekali melihat di sekilingnya mungkin saja Sora ada di antara pejalan kaki. Nada dering pemanggil menjerit di saku jaket kulit. Dia merogoh benda pipih tersebut berdecak tak percaya karena Fatir yang memanggilnya.
"Halo, ada apa? Aku sangat sibuk sekali!" ucap Daniel tak sabaran. Sebelumnya Fatir selalu melalukan panggilan iseng itu sebabnya Daniel sedikit mengabaikannya.
"Dan, jangan marah ya? Sekarang wanita emas itu berada ditangan Mr. Aland."
Deg!
Perasaan Daniel seperti terpukul seketika itu wajahnya pucat pasi.
"Sora ditangan Mr. Aland? Kau sungguh tidak membuat lelucon konyol? Dan kenapa kau bisa tahu?"
"Itulah masalahnya. Aku membuat kesalahan kecil," jelas Fatir agak ragu.
"Kesalahan kecil seperti apa? Jangan-jangan kau yang membawa Sora pada Mr. Aland? Apa tebakanku benar?" Daniel mulai tegang, berharap tebakannya salah.
"Maafkan aku Dan. Sungguh aku tidak berniat melakukannya dari awal. Semua itu terjadi begitu saja, aku pikir mereka tidak akan melukai Sora. Tetapi ...?" jelasnya mengambang.
"Tetapi kau tetap melakukan kesalahan besar. Seharusnya kau berpikir sebelum bertindak."
Tut!
Panggilan di akhir secara sepihak oleh Daniel sebelum Fatir menjelaskan kelanjutannya. Tentu saja Fatir merasakan emosi rekannya itu sekalipun tidak saling menatap.
Daniel bergegas pergi setelah tahu Sora diculik Mr. Aland. Sekarang tujuannya sudah jelas, markas Mr. Aland. Dalam perjalanannya Daniel sempat mengetik pesan pada Fatir memintanya untuk bertanggung jawab, dengan cara membantunya.
Akhirnya mereka dua agen rahasia handal itu menyelesaikan misi barunya--membebaskan Sora dari jerat Mr. Aland yang ingin mendapatkan keinginannya.
...
Cahaya kecil menyinari sebagian wajah Sora. Sora menggeliat merasa kepanasan. Dirinya terperanjat kaget karena penglihatannya hitam. Kedua mata wanita itu di ikat pita hitam panjang dan dua tangannya diikat kebelakang. Tubuhnya bergerak-gerak di atas lantai marmer. Bahkan kakinya merasakan sakit karena besi yang melilit kencang. Dia mirip kepompong yang terbungkus, tidak dapat bernapas karena tubuhnya seperti itu.
"Tolong aku! Ummm ...!" Sora berusaha mengeluarkan suaranya. Siapa yang bisa mendengar teriakan yang terbungkam itu.
Selagi dirinya bergegrak-gerak seseorang datang membuka pintu besi. Tentu saja kedatangannya membuat Sora tegang sekaligus ketakutan.
Suara langkah kaki itu mendekati Sora. Tidak ada pergerakan dari Sora seperti sebelumnya karena dia merasakan aura yang membuat merinding.
Lelaki itu membuka perekat yang menutup bibir Sora, kemudian berkata, "bersiaplah Tuan besar ingin melihatmu."
Sora tergagap baru kali ini mendengar nada suara tegas asing itu. Ya itu bukan suara Fatir atau orang yang pernah ia temui.
"Si-siapa kau? Kenapa memperlakukan aku seperti ini?"
"Anda akan tahu setelah bertemu tuanku. Jangan melakukan hal bodoh yang membuat nyawamu melayang!" ancam lelaki tersebut tegas.
"Tolong jangan bunuh saya. Jika membutuhkan uang maka kau sudah salah membawa orang sepertiku."
"Tuanku tidak pernah salah menangkap seseorang. Cepat berdiri sebelum kesabaran beliau habis!" Lelaki itu setengah membentak Sora, menuntutnya untuk secepatnya pergi.
Tubuh Sora terombang-ambing ketika lelaki tak dikenal membawanya. Menyusuri lorong panjang dan dingin. Sora berharap ada orang yang menolongnya. Dia masih tidak menyangka memiliki nasib seburuk ini.