Chereads / Gio: Disabilitas Boyfriend / Chapter 7 - CHAPTER 7

Chapter 7 - CHAPTER 7

Jangan heran jika aku ingin menyendiri secara tiba-tiba saat hatiku buruk. Itu lebih baik ketimbang aku menjadi jutek dan kata-kata kasar keluar tak terkontrol dari bibirku."

_Nathaniel Gio Alfaro

***

Gio kecil duduk di dekat tepi lapangan, dengan memeluk kedua lututnya. Bola matanya telah berair akibat tidak bisa bermain dengan teman-temannya. Teman-teman yang lain sedang asyik bermain bola di lapangan, sedangkan Gio hanya bisa menonton mereka dengan perasaan sedih. Tetapi, seorang anak perempuan berkerudung tiba-tiba mendekat ke arahnya.

"Kamu kenapa duduk di sini sendirian? Enggak ikut main sama mereka?" tanya anak perempuan itu menunjuk dengan tongkat perinya. Gio hanya menggelengkan kepalanya menatap anak perempuan itu.

Akhirnya, anak perempuan itu ikut duduk di sampingnya. Melempar senyum manisnya kepada Gio. Membuat Gio merasa seperti mendapat siraman semangat.

"Nama aku Auberta. Nama kamu siapa?" sapa Auberta sembari menjulurkan tangannya ke hadapan Gio. Gio menatap uluran tangannya dengan cepat membalas.

"Aku ... aku Gio," jawab Gio sedikit takut.

"Kamu enggak punya temen? Auberta pernah lihat kamu sebelumnya, kamu selalu sendiri. Terus, Auberta ngomong sama Ayah kenapa kamu sendirian. Ayah bilang, jika ingin tau Auberta harus bertanya. Makanya, Auberta sekarang di sini," ungkap Auberta tersenyum lebar menampakkan deretan giginya yang rapi, dengan gingsulnya menjulur keluar.

"Aku ... aku enggak punya temen. Mereka jauhin aku,"

"Kenapa mereka jauhin Gio?"

"Kata mereka aku ini bukan teman seperti mereka, aku juga enggak ngerti maksud mereka apa,"

"Kalau gitu, Gio mau berteman dengan Auberta?"

"Mau!" jawab Gio cepat dengan antusias, seketika dia tersenyum.

Sejak itulah Gio tau nama gadis ini, setelah sekian lama ingin bertegur sapa. Tetapi, dia tidak punya keberanian untuk menyapa. Lain halnya dengan anak perempuan ini, dia yang pertama kali mengajak Gio berkenalan. Membuat perasaan Gio menjadi ceria untuk pertama kali.

***

Gio diam mematung menatap pigura Auberta, mengingat kembali saat bertemu dengannya. Mungkin, Auberta sama sekali tidak mengingat itu. Tetapi, bagi Gio itu merupakan hal yang tidak bisa dilupakan. Hanya ada satu moment yang membuat seseorang tidak akan pernah melupakan hal itu. Pertemuan indah, pada akhirnya berakhir pedih. Auberta pergi tanpa kabar sekarang.

Gio keluar dan langsung melajukan mobilnya cepat. Setelah hari libur, kini waktunya untuk kembali serius belajar. Kampus dimulai kembali, setelah sekian lama libur. Tiba di dalam kampus, Gio memarkirkan mobilnya ke tempat biasa. Keluar sambil menyibakkan rambutnya, membuat mahasiswi yang lewat terpesona melihat ketampanan Gio. Sudah menjadi hal yang biasa bagi Gio melihat kaum hawa yang terpesona akan penampilannya. Tanpa menggubris apapun, Gio langsung masuk ke gedung besar yang berada tepat di hadapannya.

Sebuah Universitas terkenal di Bandung, Institut Teknologi Bandung. Menjadi nama besar sekaligus penyandang rekor tertinggi. Terlihat pemandangan yang berbeda di kampus ITB, mahasiswanya ternyata sudah berkumpul di gedung masing-masing. Gio berjalan ke gedung Astronomi, ingin bertemu Gavino yang sudah memberitahukannya lewat pesan.

***

Di tempat lain, Alda sedang sarapan di meja makan. Tak sadar kalau seseorang telah sampai di depan rumahnya. Mama Alda pun keluar dan mendapati Rama sudah bertengger di sana.

"Ya ampun, Nak Rama," ucap Morie keluar dari rumahnya dan mendekat ke arah Rama yang berdiri di depan rumah bersama motor sportnya.

"Pagi, Tante. Gimana bisnis kuenya? Berjalan lancar?"

"Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Pasti ke sini mau jemput Alda kan, sebentar Ibu panggil dulu." Morie pun masuk kembali dan berdiri di depan pintu.

"Alda! Buruan makannya, Rama udah nunggu nih," teriak Morie, membuat Alda menghentikan mengunyah dan segera mengambil tote bagnya. Alda keluar sambil tersenyum ceria dan melambaikan tangannya kepada Rama.

"Hai, Kak Rama. Kak Rama ngapain ke sini, pagi-pagi banget lagi. Alda tadi baru aja makan, makanannya enak banget lagi. Kak Rama pasti taukan, Mama jago masak?" ucap Alda panjang lebar, membuat Rama tersenyum kecil.

"Rama ke sini mau jemput kamu, bukan mau dengar kamu nyerocos kayak begitu," tukas Morie menatap Alda yang selalu semangat berbicara. Membuat Rama menggelengkan kepalanya dan tertawa kecil dengan tingkah Alda.

"Ya udah, Tante. Kami berangkat sekarang ya," ucap Rama dan menyalami Morie, diikuti oleh Alda.

"Hati-hati ya, Tante masuk dulu,"

Kini, hanya tinggal Alda dan Rama yang saling tatap-menatap. Membuat Alda salah tingkah dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Rama tersenyum kecil seraya mendekat ke arah Alda, membuat gadis ini tak bisa bernapas dengan teratur. Sedikit lagi wajahnya akan benar-benar menempel ke wajah Alda. Kali ini, jantung Alda tak bisa diajak bersahabat, detak tak beraturan itu membuat Rama melangkah mundur. Alda merasa kecewa, padahal tadi dia baru saja membayangkan Rama akan menciumnya seperti di novel-novel.

"Dari dulu gue pengen banget rambut lo ini di urai aja, coba gue rapiin," ucap Rama menarik ikat rambut Alda. Membuat rambut gadis ini terurai ke bawah, Alda seketika menjadi gugup karena Rama melakukan ini. "Gini lo tambah cantik,"

Rama terus merapikan rambut Alda, membelahnya menjadi dua bagian. Rambut hitam pekat itu kini telah terurai indah, tak lagi dikuncir.

"Tapi, gue suka sih gaya khas rambut lo yang dikuncir kuda. Imut gimana, gitu. Karena sekarang tahun baru, jadi lo harus ubah penampilan. Ngerti?"

Alda menjadi diam, tak tau harus berkata apa karena Rama telah berhasil membuat jantungnya tak berhenti berdetak. Alda ingin berteriak histeris sekarang, tapi dia menahannya untuk nanti saja.

"Kak Rama ... suka kalau rambut Alda terurai gini?" tanya Alda hati-hati sambil memeluk tote bagnya.

"Hmm, suka enggak ya? Suka. Lo jadi kelihatan dewasa,"

"Tapi, Alda enggak suka nanti Alda jadi risih,"

"Coba aja dulu sekali, ayo kita ke kampus,"

Alda mengikuti saran dari orang yang dia suka, Rama telah menjadi pujaan hati Alda sejak mereka SMA. Mereka selalu bersama-sama, hingga Rama tidak heran jika setiap melihat Alda dia jadi gembira. Alda yang terlalu aktif, selalu membuat orang-orang disekitar menjadi suka akan dirinya. Rama tak sadar kalau Alda menyukai dirinya, dia hanya menganggap Alda sebagai adik kecilnya saja.

Tiba di kampus, Alda mengikuti Rama di belakang. Cowok ini terlihat melambaikan tangan kepada temannya, saat mereka sudah dekat, mata Alda membulat lebar. Begitupun dengan Gio. Mereka saling tunjuk-menunjuk.

"Gio, lama enggak jumpa sama lo tambah ganteng aja," ucap Rama kepada Gio yang masih terlihat fokus menatap Alda.

"Lo? Cewek norak?"

"Cowok oplas?"

"Lo kenapa bisa sama cewek norak ini," tukas Gio menatap Alda dari bawah hingga ke wajahnya yang cemberut. Alda memakai baju kaos putih dan celana kain panjang, dengan memegang tote bagnya yang berwarna hitam. Kali ini, Gio melihat ke arah rambut gadis ini yang terurai.

"Gue ... " ucapan Alda terpotong saat melihat ke arah Rama. Alda harus menjaga sikap di depan cowok yang dia sukai. "Alda enggak norak ya!" balas Alda.

"Kalian udah saling kenal?" tanya Rama.

"Udah, sampe gue sial ketemu terus sama ini cewek. Lo tau, apa yang dia lakukan ke gue. Dia udah berani me -" ucapan Gio terpotong saat Alda membekap mulutnya. Alda tertawa kecil ke arah Rama dan Gavino yang melihat tingkah mereka aneh. Alda pun melepas tangannya dari mulut Gio.

"Lo apa-apaan sih, pake tutup mulut gue segala. Lo pada lihatkan tingkah ini cewek bener-bener ngawur. Sial mulu gue ketemu sama lo!"

"Udah-udah, kenapa kalian pada ribut. Buruan cabut dari sini, Pak Rektor nyuruh kita kumpul di lapangan," ucap Gavino menjadi penengah.

"Ya udah. Kak Rama, Alda duluan ya,"

"Itu cewek norak kuliah di sini juga? Gue kira masih SMA, tubuhnya pendek banget," tanya Gio menatap Rama.

"Iya, Alda tetangga gue," Mereka bertiga pun melangkah masuk ke dalam kampus.

Hari ini hari penting bagi mahasiswa dan mahasiswi di Universitas ITB. Termasuk seorang gadis berambut panjang yang semula dikuncir kini telah terurai indah. Gadis manis bernama Alda. Dia tampak kelimpungan membawa tote bag dan beberapa tumpukan buku.

Hari ini juga hari penting bagi semua mahasiswa, karena hari penyambutan presiden mahasiswa yang baru. Gio merupakan yang sudah direkrut oleh rektor universitas ini dan juga ikut campur tangan mahasiswa yang lain. Gio terpilih sebagai presiden mahasiswa yang baru, setelah Presma sebelumnya mengundurkan diri karena tidak bisa konsisten menjalani jabatannya.