Melihat Kal menangis, Candra langsung kebingungan. Dia mendekat ke arah anak perempuan Bulan itu, lantas mengusap surai rambutnya yang hitam pekat. "Kenapa? Ada yang sakit?" tanyanya.
Kal tidak menjawab. Namun, air matanya malah semakin deras, dan kini ditambah isakan yang membuat siapa pun yang mendengarnya merasa ngilu.
"Kal, mana yang sakit, Nak? Kasih tahu Papa," ujar Candra yang masih merasa panik. Dia lantas memeriksa selang infus yang tertancap di pembuluh darah Kal, khawatir kalau selangnya bengkok atau semacamnya. Tapi, tidak ada yang terjadi, selang itu baik-baik saja. "Mau Papa panggilin dokternya?"
Kali ini Kal menggelengkan kepala. Dia menyentuh dadanya sendiri, masih sambil menangis. Melihat itu, firasat buruk langsung menghampiri Candra. Apalagi saat menyadari kalau tatapan Kal tidak beralih dari pintu UGD. Matanya seketika terbelalak atas pemikirannya sendiri itu.
"Kal," panggilnya. "Ka-kamu ...."
"Papa, ini airnya. Loh! Kal, kenapa nangis?"
