Chereads / Gairah Gadis Simpanan Presdir / Chapter 1 - Siapa Dia?

Gairah Gadis Simpanan Presdir

🇮🇩Cintya_Devii
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 8k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Siapa Dia?

Tiara Anita, mahasiswi cantik semester 5 di sebuah perguruan tinggi swasta selalu merasa tidak betah di rumah. Semenjak perceraian kedua orang tuanya, Tiara lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Apa lagi, setelah sah bercerai, baik sifat Papa dan Mamanya membuat Tiara sakit hati dan membenci dengan namanya perselingkuhan.

Malam ini, Tiara baru saja pulang dari rumah Oline, sahabatnya. Melihat ada mobil mewah berwarna grey terparkir di halaman rumahnya, Tiara sudah bisa menebak, jika di dalam rumah pasti sedang ada kekasih Mamanya.

Tiara segera memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam rumah. Namun, saat Bibi membukakan pintu rumah, Tiara tidak melihat ada orang di ruang tamu.

Perasaan dongkol mulai mendera Tiara. Amarah dan kekecewaannya pada Mamanya semakin memuncak.

"Bi.., Mama mana? Apa sedang ada Om Roy?" tanya Tiara pada Bi Dijah.

"Emh.., itu Mbak Tiara. Emh..."

"Amh.., emh..., amh.., emh.., jawab yang jelas, Bi! Apa Mama sama Om Roy lagi berduaan di kamar?" gertak Tiara.

"Iya, Mbak. Tapi..."

"Tapi kenapa?" cecar Tiara dengan wajah yang semakin memerah.

"Tapi bukan sama Tuan Roy, Mbak," ucap Bi Dijah dengan suara yang terbata-bata.

"BUKAN OM ROY? TERUS SIAPA? MAMA GANTI PACAR LAGI?"

"Se.., se.., sepertinya i.., iya..., Mbak."

Kesal, Tiara segera melangkah pergi, menghampiri kamar Mamanya.

Tok.., tok.., tok...

"MAMA KELUAR!" teriak Tiara.

Sesaat kemudian Nyonya Paula keluar sambil membetulkan piyama tidurnya dan mengikat rambutnya yang acak-acakan.

Melihat kondisi Mamanya saat keluar, Tiara mengepalkan kedua tangannya. Tiara sempat melirik lelaki yang masih bersandar di ranjang dengan tubuh ditutup oleh selimut.

Ceklek...

Nyonya Paula segera menutup pintu kamarnya dan menarik tangan Tiara untuk pergi sedikit jauh dari depan kamarnya.

"Ada apa, Ra? Kenapa kamu teriak-teriak sih?" ucap Nyonya Paula tanpa rasa bersalah.

"Yang di dalam kamar itu siapa? Pacar baru Mama?" tanya Tiara dengan suara yang tinggi.

"Hust.., jangan teriak-teriak. Iya itu pacar Mama. Tapi kali ini hubungan kami serius."

"Serius? Statusnya apa? Bujang? Duda? Atau lelaki beristri seperti pacar Mama sebelumnya?"

"Status gak penting kan, Ra."

Tiara hanya melempar senyum getir ke arah Mamanya.

"Gak penting?" tanya Tiara sembari mendekatkan wajahnya ke hadapan Mamanya.

"Kenapa selera Mama selalu Suami orang sih, Mah. Kenapa Mama berubah? Semenjak bercerai dari Papa, Mama malah merendahkan diri Mama sendiri dengan bergonta-ganti pasangan. Andai aja dulu Mama memaafkan Papa, mungkin keluarga kita tetap akan utuh. Mama gak kayak gini dan siapa tahu Papa juga bisa berubah, kan?" pekik Tiara.

"Berubah dari mananya, Ra? Papa kamu itu gak akan pernah bisa hidup dengan satu orang wanita. Bertahan sama dia, itu sama saja memelihara rasa sakit di hati," jawab Nyonya Paula dengan mata yang berkaca-kaca. Mengingat pengkhianatan yang dilakukan oleh mantan Suaminya.

"Terus bedanya sama Mama, apa? Lihat diri Mama sekarang. Kalian berdua itu sama saja. Dan bagi Ara, Mama sekarang gak lebih dari wanita murahan dan pelakor!" bentak Tiara tanpa ada rasa takut.

Plak....

"TEGA KAMU HINA MAMA SEPERTI INI!" jawab Nyonya Paula yang spontan menampar keras pipi kanan Tiara, putri semata wayangnya.

"Kenapa, Mah? Aku bicara fakta, kan? Mama pisah sama Papa, tapi lihat diri dan kehidupan Mama sekarang. GAK TERARAH!! Asal Mama tahu, satu hal yang aku sesali dalam hidup ini, yaitu lahir dari rahim Mama yang gak punya harga diri. Dan hasil pembuahan dari Papa yang mata keranjang!" seru Tiara sembari mengambil kunci mobil dan tasnya lalu bergegas pergi meninggalkan rumah.

"TIARA!! TI..., TIARA!!!" Nyonya Paula terus berteriak sambil berusaha mengejar putrinya yang setia malam selalu pergi. Akan tetapi, mobil Tiara sudah terlanjur pergi meninggalkan rumah.

Tuan Gery, kekasih Nyonya Paula yang sedari tadi hanya diam di dalam kamar segera menghampiri Nyonya Paula yang tampak gusar dengan perilaku Tiara yang semakin hari semakin menjadi-jadi.

"Sayang, tadi itu anak kamu ya?" tanya Tuan Gery.

"Iya, Mas. Tapi ya gitu, dia selalu menyalahkan aku setiap aku mempunyai kekasih baru. Kamu tahu kan, Mas. Aku hanya sedang mencari laki-laki yang pas untuk aku jadikan Suami. Aku trauma gagal dalam pernikahan, Mas," ucap Nyonya Paula sambil menangis terisak.

"Hust..., sudah jangan nangis lagi dong, sayang. Nanti cantiknya hilang," jawab Tuan Gery seraya membawa tubuh Nyonya Paula ke dalam pelukannya.

"Ish.., kamu gombal, Mas. Tapi, kamu beneran gak lagi main-main dengan hubungan kita, kan? Kamu sungguh akan bercerai dengan Istri kamu dalam waktu dekat ini, kan? Lalu kamu akan segera menikah denganku?"

"Iya, sayang. Udah ya, jangan ditekuk lagi mukanya. Mending kita lanjutin yang tadi. Mumpung hawanya enak kan?"

"Haish.., semua laki-laki itu sama aja. Mementingkan napsu aja."

"Tapi kamu suka, kan?" ucap Tuan Gery seraya mencubit dagu Nyonya Paula.

"Iya. Ya udah ayo, masuk ke kamar, Mas. Berarti kamu tidur sini, kan?"

"Pasti dong, Paula. Aku akan tidur sini, selamanya," ucap Tuan Gery seraya merangkul pundak Nyonya Paula dan mengajaknya melanjutkan olahraga di ranjang panas mereka.

Bi Dijah hanya bisa mengelus dada melihat perubahan sikap Nyonya besarnya tersebut.

"Nyonya Paula benar-benar berubah. Semenjak diselingkuhi Tuan Harun, Nyonya Paula malah jadi perempuan gak bener begini. Kasihan Mbak Ara, dia harus menjadi korban permasalahan rumah tangga kedua orang tuanya. Semoga saja, Mbak Tiara tidak meniru sikap orang tuanya yang gak bener itu," batin Bi Dijah.

Tiara yang sedang kacau, kembali mendatangi klub malam, tempat di mana dia bisa meluapkan segala kepenatan dalam hati.

Biasanya Tiara pergi ke tempat itu bersama Oline, sahabatnya. Karena Oline yang selalu menolong dirinya ketika mabuk. Akan tetapi, kebetulan malam ini, Oline sedang tidak enak badan, dan terpaksa Tiara pun pergi ke klub tersebut sendirian.

Kedatangan Tiara sudah disambut para bartender yang selalu memuji paras ayu Tiara dan bodinya yang aduhay.

"Ra.., tumben banget loe datang sendirian? Oline, mana?" tanya Fajar, bartender tertampan di klub tersebut.

"Oh, Oline? Dia sakit, gak bisa ikut," jawab Tiara sambil duduk dan bergoyang menikmati alunan musik DJ di sana.

"Bisa sakit juga ya dia?"

"Ya, bisalah. Namanya manusia. Kalau robot baru gak bisa."

"Ish.., ternyata loe bisa ngebanyol juga ya. Mau minum gak, biar gue racikin?"

"Minumlah, lagi pusing gue."

"Oke, tapi jangan banyak-banyak ya. Kan Oline gak ada. Nanti kalau loe mabuk, siapa yang mau nolongin loe?"

"Ya elo lah, dodol."

"Ogah. Nanti kalau gue kerasukan setan terus ngapa-ngapain loe gimana?" goda Fajar sambil menelan ludahnya saat matanya tanpa sengaja melihat belahan dua buah besar yang tertempel di dada Tiara.

"Iya, juga ya." Tiara tertawa sembari meneguk sloki pertama pemberian Fajar.

"Lagi dong, Jar. Racikan loe kali ini beneran mantul," ucapnya.

"Oke, honey. Aku buatin lagi."

Tiara lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan sambil manggut-manggut karena suara musik. Tiba-tiba matanya tertuju pada lelaki tampan berjambang tipis yang baru saja datang seorang diri.

"Sst.., Jar."

"Apa? Minumannya lagi di racik, sabar dulu."

"Ish.., bukan soal minuman. Tapi sini dulu deh."

"Apa sih Ara, sayang?"

"Dia siapa? Ganteng banget ya?" ucap Tiara sembari menatap Dipta, seorang Presdir sekaligus rekan bisnis pemilik klub malam langganannya.

"Dia?" tanya Fajar dengan suara terbata-bata.

"Ya iyalah, dia. Yang pakai jas hitam itu," ucap Tiara antusias.

"Dia itu Pak Dipta, salah satu pemilik saham klub ini juga. Tapi jangan macem-macem, dia itu udah punya Istri dan juga dia sayang banget sama Istrinya. Namanya Bu Yuta, model terkenal yang sering jadi model sampul dan iklan. Loe tahu, kan?" ucap Fajar.

"Oh.., udah punya Istri ya? Mundur deh gue. Ya udah mana minuman gue? Sekalian bawain 2 botol wine ke sini ya," jawab Tiara kecewa.

"WHAT? Dua? Loe yakin? Jangan stres gara-gara tahu status Pak Dipta!"

"Aish.., apaan sih loe! Siapa juga yang stress gara-gara dia. Gue cuma stress sama masalah rumah. Tadi gue berdebat lagi sama Mama. Dan loe lihat pipi kanan gue, merah kan? Gue habis kena gamparnya lagi," ucap Tiara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sabar ya, Ra. Kalau loe mau cerita, gue siap kok jadi pendengar setia loe," ucap Fajar sambil mengacak rambut Tiara.

"Thanks, Jar," jawab Tiara dengan seulas senyum yang merekah dari bibirnya.