Bara keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang menutup bagian bawahnya saja. Ia menaikkan alisnya saat tak melihat tanda-tanda keberadaan Anna.
Tadi saat ia mandi ia masih ingat jelas bahwa Anna masih berbaring di atas tempat tidurnya dengan membalut tubuhnya menggunakan selimut. Lalu, dimana wanita itu sekarang?
"Anna." Panggil Bara, suara Briton nya memenuhi isi ruangan dalam kamar nya itu.
Tapi tak ada tanda-tanda bahwa Anna akan menjawab panggilannya itu.
Ada sedikit rasa aneh yang dirasakan oleh Bara namun ia mencoba untuk tetap tenang.
Ia mencoba untuk berpikir positif, mungkin saja Anna sudah kembali ke kamarnya untuk mandi. Toh, mereka berdua akan sarapan sebentar lagi.
Iya, dari banyak hal mungkin itu adalah hal yang bisa membuat Bara sedikit tenang.
Ia berjalan ke arah lemari, ia akan berganti pakaian terlebih dahulu sebelum pergi ke kamar Anna.
Tapi baru saja satu langkah ia melangkah untuk mengambil pakaiannya, matanya tanpa sengaja Menoleh ke arah nakas, ia yakin sekali bahwa tadi malam sebelum Anna datang ia menaruh ponselnya itu di atas nakas dan sekarang kemana perginya ponsel tersebut.
Ia berbalik untuk melangkah ke arah nakas untuk mencari keberadaan ponselnya, mungkin saja jatuh di belakang sana.
Saat sedang mencari tanpa sengaja ia melihat ponselnya yang saat ini berada di atas kasur ditutupi dengan selimut yang setengah menutupi layar ponsel tersebut.
Harus Begitu jeli melihatnya, jika tidak maka akan sulit untuk menemukan ponsel tersebut.
Ia mengambil ponselnya itu dan kemudian menyalakan nya. Dalam satu kali usap layar tersebut langsung menghantarkan dirinya pada room chat bersama Kara.
Matanya langsung melebar dengan sempurna saat melihat room chat tersebut. Ah, ia lupa untuk menghapus pesan yang ia kirimkan pada Kara tadi malam.
Dan sepertinya ia tahu mengapa Anna yang tadinya bersikeras tetap tinggal disini menjadi hilang entah kemana.
"Shit! Mengapa jadi runyam seperti ini masalahnya?" Rutuk Bara sambil membanting ponselnya itu ke atas kasur.
Ia tak tahu saat ini apa yang sedang dipikirkan oleh Anna, tapi apapun itu ia tak mau Anna menjauh dari dirinya.
Ia langsung melangkah mengambil pakaiannya di dalam lemari. Ia harus bergerak cepat, tak akan ia biarkan Anna terpengaruh dengan asumsinya sendiri.
Tidak! Ia tak bisa untuk kehilangan Anna lagi, cukup sekali dan ia tak akan membiarkan hal itu terjadi dua kali.
Hampir sepuluh menit untuk ia bersiap-siap seorang diri dengan gerakan cepat. Setelah merasakan dirinya sudah rapi ia langsung menyambar ponsel yang ia lempar di atas kasur tadi.
Ia harus mengecek keberadaan Anna sekarang, meskipun ia tahu bahwa ia akan mendapat amukan dari Anna. Tapi itu lebih baik daripada Anna pergi meninggalkan dirinya.
Dengan langkah cepat ia langsung berjalan ke luar dari kamar nya. Ia menatap nomor kamar yang ada, mencoba mengingat kembali berapa nomor kamar Anna. Semalam ia kurang mengingat nya karena begitu capek sekali.
Ia sedikit frustasi saat ini karena tak bisa mengingat dengan jelas Dimana kamar Anna.
Tapi tiba-tiba ia baru teringat bahwa Anna kemarin pernah menyuruh ke kamarnya dan memberikan nomor kamarnya juga.
Ia langsung mengecek ponselnya mencari pesan yang dikirim oleh Anna kemarin itu. Sebuah senyum terbit di wajahnya saat menemukan nomor kamar yang sama dengan yang diBerikan oleh Anna itu.
Ia berjalan beberapa langkah dari tempat nya berdiri itu dan kemudian mengetuk pintu kamar tersebut.
Tok.. tok..tok
"Siapa?" Suara wanita yang begitu lembut masuk ke dalam Indra pendengaran Bara. Ia tak salah lagi bahwa itu adalah suara milik Anna.
"Aku." Ucap Bara.
Ia menunggu dengan begitu sabar untuk Anna membuka pintunya.
Hampir lima belas menit berlalu baru lah pintu kamar Anna terbuka lebar dan menampakkan sosok Anna yang Sepertinya baru selesai dengan sarapannya.
Bara menaikkan alisnya saat melihat beberapa piring sudah tersusun rapi diatas meja.
"Kamu sudah sarapan sayang?" Tanya Bara mencoba untuk tidak berpikir yang tidak-tidak. Meskipun ia tahu keadaan saat ini.
"Sudah." Jawab Anna begitu cuek.
"Kenapa duluan? Bukankah kita seharusnya makan berdua?" Tanya Bara lagi.
"Aku lapar jadi aku makan duluan. Kalau kamu lapar tinggal turun kebawah aja untuk makan ataupun pesan dan makan lah di kamar mu." Jawab Anna, terdengar suara nya begitu sinis sekali.
Bara menaikkan alisnya dengan matanya menatap lekat kedua manik mata Anna. Tapi sayang nya wanita itu dengan cepat memutuskan kontak mata dengan Bara.
Ia khawatir jika berlama-lama saling adu tatap seperti itu membuat ia goyah dan kembali berlari ke pelukan Bara. Ah tidak! Ia tak ingin memaafkan Bara segampang itu. Bagaimanapun ia harus menyiksa Bara terlebih dahulu. Biarkan laki-laki itu hanyut dengan rasa bersalahnya agar kelak tak lagi membuat kesalahan yang sama.
Bara berjalan mengikis jarak antara dirinya dan juga Anna yang berada diatas kasur sambil memainkan ponsel miliknya itu.
"Anna." Panggil Bara dengan begitu lembut sekali.
Anna mencoba untuk bersikap biasa saja, ia menatap ke arah Bara dan kemudian kembali fokus lagi pada ponselnya. Ia sedang memainkan media sosial nya.
Teman-teman media sosial nya itu benar-benar orang yang begitu humoris hingga sejak tadi ia tak bisa untuk menahan diri agar tidak tertawa dengan tingkah nya itu.
Melihat dirinya yang di cuek kan oleh Anna membuat Bara tak bisa untuk terima semuanya itu.
"Anna." Panggil Bara lagi, kali ini suaranya begitu lembut sekali. Biasanya cara ini begitu ampuh.
Dan sayangnya, Anna sama sekali tak menoleh ke arahnya, wanita itu begitu sibuk dengan ponselnya, tangan nya juga bergerak dengan sangat lincah di atas tombol keyboard seperti nya sedang mengetik sesuatu.
"Anna." Panggil Bara lagi, Kali ini suara nya dibuat lebih tinggi dari yang tadi.
Benar saja cara itu berhasil membuat perhatian Anna langsung tertuju padanya.
"Apa sih?" Sinis Anna, ia merasa jengah dengan Bara di hadapannya itu.
Sejak tadi ia berusaha untuk bersikap biasa saja tapi entah Kenapa hal seperti ini sepertinya tak berlaku sama sekali untuk Bara.
Bara melebarkan matanya mendengar jawaban yang diberikan oleh Anna barusan itu. Tak ia sangka bahwa Anna juga Bernai meninggikan suara pada dirinya seperti ini.
"Anna, kamu kenapa sayang?" Tanya Bara lagi, ia mencoba untuk mengontrol emosi nya meskipun emosi dirinya sendiri tak dikontrol.
"Kenapa? Aku tidak kenapa-kenapa kok." Jawab Anna. Meskipun enggan untuk mengembangkan senyum tapi harus tetap ia lakukan itu.
"Ngomong dong, kamu kenapa?"
"Bukan apa-apa Bara." Jawab Anna lagi mencoba untuk mengelak.
"Baiklah, bagaimana dengan ini?" Tanya Anna sambil mengulurkan ponsel kepada Bara.