Chereads / K3BIH / Chapter 15 - Bab XV

Chapter 15 - Bab XV

Byta menghela nafas, ia terngiang akan ucapan Icya tentang Zukha pagi tadi. Bagaimanapun wanita itu cukup merepotkan, mereka kerap kali dibuat jengkel oleh tingkah Zukha. Selalu mendapat masalah serius dan yang lebih menyebalkan, wanita itu pernah berhasil menyebar fitnah hingga membuat keenam gadis itu hampir saja balas dendam. Untung dapat diatasi, imbasnya hingga saat ini mereka dicap segerombolan siswa bermasalah.

Byta mengacak rambutnya kasar, gadis itu tidak tau harus bertindak bagaimana saat bertemu dengan Zukha nanti. Tidak dapat di pungkiri, mereka merasa senang dengan masalah yang dialami Zukha. Namun dilain sisi, rasa simpati dan kasiannya menunjukan bahwa mereka hanya manusia biasa. Karin dan Kinta yang kebetulan bertemu di kantin hanya mendesah pasrah, mereka tentunya setuju dengan pemikiran Byta.

"Eh itu bukan kak Sisca ya" Tunjuk Byta pada seorang siswa, gadis itu terlihat mengendap-endap

"Recha" Geram Kinta, ia tidak tau mengapa kak Sisca bersama Recha, perlahan Kinta mengikuti keduanya ia merasa ada yang tidak beres

"Lalu apa mau Lo" Terdengar sebuah suara saat ia mendekat, Kinta segera bersembunyi di balik tembok

"Lagi apa sih mereka" Karin memunculkan kepalanya hingga dapat melihat kedua orang itu yang saling berhadapan

"Stt Lo terlalu keras Rin" Protes Byta

"Kalian ngapain" Kinta jengkel

"Udahlah diam, Lo pingin tau apa yang mereka obrolin kan" Bisik Byta, Kinta terpaksa membiarkan keduanya

"Gue udah ceritain semua yang gue tau ke Lo, trus sekarang Lo mau apa lagi" Ucap Sisca

"Eh itu gak cukup tau, gue butuh detail tentang anak haram itu Lo pikir dengan hanya tau kalo si Kinta gak ada bokap udah cukup buat bikin Rafid berbalik ke gue" Recha mencengkeram kerah baju Sisca

"Tapi Cuma itu yang gue tau" Ucap Sisca

"Gak guna, Lo tau kan akibatnya bila Lo gak ikuti omongan gue" Ancam Recha

"Gue gak bisa Re" Tolak Sisca

"Oya apa perlu gue bocorin kalo yang kasih racun keminuman Kinta, ngunci dia di gudang, dan hampir kebunuh dia pas di panggung dan masih banyak hal lain itu Lo" Recha menekan

"Lo bukannya itu Lo"

"Kalau bukan info dari Lo mana mungkin gue bisa nglakuin itu Sis, Lo tuh tetaplah sipenarik pelatuk pistolnya, sekalipun gue yang rencanain" Recha menyeringai sambil mendorong kasar Sisca

"Gila, jadi itu ulah lo" Teriak Byta membuat mereka tersentak termasuk Kinta, namun ia segera bergabung dengan Byta yang sudah mendatangi keduanya.

"Kinta" Ucap Sisca

"Bey" Dengan senyum licik Recha segera beranjak pergi meninggalkan mereka, seakan-akan gadis itu sudah tau kehadiran Kinta

"Kin gue bisa jelasin" Ucap Sisca, namun Kinta menepis tangan kakak kelasnya itu

Selama ini Kinta berfikir bahwa Sisca adalah orang yang berbeda, ia selalu mengagumi kakak kelasnya itu. Ia sudah menganggapnya sebagai saudara sendiri. Namun apa yang didengarnya hari ini benar-benar telah meruntuhkan semua, Kinta tidak menyangka akan dikhianati oleh orang yang ia percaya dan kagumi. Terlebih hal yang terjadi telah berpengaruh buruk pada metalnya, ia sering kali memimpikan kejadian yang menimpanya. Berharap dapat terhindar dari peristiwa menyebalkan itu, dan sekarang kenyataan lain membuat semakin tertekan. Tanpa kata Kinta memilih berlari meninggalkan Sisca.

"Lo jahat ya" Umpat Karin pada Sisca, ia segera menyusul Byta yang telah mengejar Kinta

Sisca terduduk, entah apa yang ia pikirkan yang jelas saat ini hati gadis itu sangat tidak baik. Sedang ditempat lain terlihat Recha dan teman-temannya nampak tersenyum puas sebelum dengan bangga meninggalkan tempat tersebut, ia yakin setelah ini apa yang ia inginkan akan segera terwujud.

Sebelum benar-benar pergi Karin sempat melihat Icya, ia tidak cukup yakin bila gadis itu akan mendekati Sisca mungkin hanya kebetulan lewat.

"Aku ketahuan" Ucap Sisca, Icya hanya dapat berdiam diri menyaksikan kakak kelasnya itu.

Ia tidak tau harus berbuat apa, dilain sisi Icya sangat khawatir dengan Sisca namun disisi lain ia tidak ingin membuat luka Kinta lebih dalam lagi.

"Ini harus diakhiri" Desis Icya "Udah kak, biar aku yang urus itu, sekarang prioritas utama bukan itu, kakak harus bisa tegas dengan masalah ini" Lanjutnya

"Thanks ya Cy, udah banyak ngrepoti kamu" Ucap gadis itu tulus

Icya menatap taxi yang membawa kakak kelasnya itu pergi dengan berbagai rasa, ia benar-benar tidak menyangka gadis itu masih bisa tegar. Andai ia berada di posisinya, ia yakin tidak akan sanggup.

"Icya" Panggil Bu Dean saat gadis itu masih mematung di gerbang

"Iya Bu" Icya tersadar, ia segera beranjak menyusul Bu Dean

"Masih belum usai, kau tak bisa bersantai Cy" Gumamnya sambil menepuk pipinya agar segera tersadar

Sorenya seisi gedung dibuat gaduh, terlebih saat itu mereka harus segera memantapkan peran masing-masing. Perlombaan antar kota sudah semakin dekat, sehingga mereka harus berkonsentrasi dan fokus. Namun pengunduran diri oleh Sisca berhasil membuat konsentrasi para pemain berantakan, sekalipun dipaksakan drama yang tidak masuk akal itu menjadi semakin buruk dengan kejadian tersebut. Di bawah panggung terlihat Kinta dan beberapa teman lainnya tetap bertahan menyaksikan drama di panggung. Namun pikiran gadis itu benar-benar telah melayang jauh, terbukti saat Rafid memanggilnya gadis itu tak juga menyahut.

"Kin kamu kenapa" Akhirnya Rafid menepuk pundak gadis itu yang cukup terkejut

"Ah gak papa" Jawab gadis itu

"Beneran, coba nanti pulang eskul kita ketempat Sisca deh" Usul Rafid yang masih melihat wajah murung Kinta

"Gak usah" Tolak gadis itu, kini gantian Rafid yang bingung ia tidak menyangka bila Kinta tidak merasa kehilangan atas pengunduran diri dari Sisca

"Gue balik dulu ya" Pamit Kinta, Rafid semakin keherananan

"Kamu kenapa" Rafid mengejar Kinta yang telah sampai di pintu, Kinta hanya terdiam dan segera menghilang di balik pintu

Beberapa teman mulai mengejar, mereka adalah orang-orang yang sangat peduli dengan Sisca. Sehingga pengunduran diri Sisca membuat mereka kecewa dan kesal, saat melihat Kinta keluar mereka berfikir gadis itu mengalami hal yang sama.

"Hei mau kemana kalian" Ucap kak Rado

"Biar aku kejar kak" Ucap Rafid namun lelaki itu sudah terlanjur keluar gedung Rafid segera menyusul.

Sebelum benar-benar pergi Rafid mendengan Rekha menghentakkan kakinya ke panggung, gadis itu terlihat jengkel.

"Kenapa kalian disini" Ucap kak Rado , namun belum sempat mendapat jawaban tiba-tiba sebuah tubuh mungil menarik Kinta

"Lo pingin tau Sisca kan, ikut gue" Ucap gadis itu saat Kinta menolak

"Untuk apa" Kinta menepis tangan Icya kasar

"Buat buka semua biar jelas" Akhirnya Kinta terpaksa mengikuti Icya, mendengar itu beberapa kelompok yang tadi mengikuti mereka segera angkat tangan untuk ikut juga.

"Kita pergi bareng" Belum sempat Icya menolak mendadak kak Rado membuat keputusan, Icya pasrah dan segera bergegas.

Ada dua mobil untuk membawa sembilan orang termasuk Rafid yang mengekor, disepanjang perjalanan Icya menjelaskan sedikit tentang Sisca. Namun ia masih belum membeberkan semua, gadis itu hanya bercerita bila mendadak ayah Sisca yang sakit membuat reaksi yang tidak terduga.

Mereka terbengong-bengong saat Icya memarkir mobil yang ia setir di parkiran bandara. Banyak pertanyaan yang ingin mereka lontarkan, namun melihat Icya yang berjalan tergesa-gesa mereka terpaksa menurut. Bahkan Kinta, sepanjang jalan gadis itu hanya terdiam. Sampai di sebuah ruangan khusus mereka berhenti, pemandangan yang terlihat sunggung membuat terenyuh. Di sisi ranjang seorang lelaki paruh baya terlihat Sisca sedang menangis tersedu, sedang lelaki itu kini sedang kejang-kejang dan terus saja bertingkah aneh. Belum lagi beberapa alat yang terpasang di tubuh lelaki itu, sejak tadi dokter dan perawat masih terus berusaha untuk membuatnya normal kembali.

"Kalian pasti sangat hafal cerita bawang merah dan bawang putih kan" Ucap Icya, kini mereka berada di koordinat yang tidak jauh dari ruangan tersebut, mereka serempak mengangguk "Itulah hubungan Sisca dan Rekha" Ucap Icya

"Maksud kamu ayah Sisca diracun" Ucap kak Rado yang terlihat khawatir sejak tadi, Icya mengangguk semua yang hadir tercengang.

"Sayangnya kita terlambat" Icya tertunduk "Andai saja segera tau bila obat yang diberikan itu adalah obat berbahaya mungkin ia akan baik-baik saja" gadis itu berkaca-kaca

Awalnya Sisca memang ingin menjadikan Icya sumber informasi tentang Kinta, bukan tanpa alasan bagi Sisca Icya satu-satunya orang yang dapat ia percaya dan juga ia gali informasinya. Namun ternyata mereka justru sangat akrab membuat Sisca merasa bersalah dengannya, Sisca jadi sering mengajak gadis itu kerumahnya dan sering menumpahkan uneg-unegnya. Terlebih ibu tirinya jarang dirumah dan hanya pulang saat malam, sedang Rekha gadis itu lebih suka berlama-lama di pementasan atau shopping sihingga tidak pernah sekalipun bertemu dengan Icya.

Dari awal Icya sudah curiga dengan obat yang diberikan, hanya saja gadis itu belum sempat mencurinya. Terlebih saat itu ayah Sisca masih baik-baik saja dan selalu menyimpan obat itu disaku. Lelaki itu mengaku akan kesulitan bernapas dan banyak hal lain bila tidak meminum obat dari istrinya tersebut.

Hingga suatu hari Icya mendapat kesempatan untuk mengambil satu butir obat untuk diteliti bersama Bu Dean, salah satu guru kimia. Cukup memakan waktu lama sebelum mereka benar-benar tau komposisi dari obat tersebut, bahkan wanita paruh baya itu sempat bertanya pada profesor universitas. Dan hasilnya sungguh mencengangkan, itu adalah sebuah obat racikan pribadi yang dengan perlahan akan melumpuhkan otah dan organ-organ dalam. Sebenarnya reaksi sesak nafas, nyeri dan berbagai keluhan yang dialami ayah Sisca adalah tanda sudah memasuki tahap akhir, dan bila berlanjut akan menyebabkan kematian.

Icya dengan percaya diri segera membuang obat itu dengan penjelasan yang tentunya membuat ayah dan anak itu syok, sehingga lelaki itu mengalami kejang dan harus segera mendapatkan perawatan. Namun sekalipun sudah tau dengan kejahatan ibu tirinya, Sisca masih tidak dapat berbuat apa-apa. Sepertinya wanita itu sudah merencanakan sebaik mungkin, ia mulai mengancam akan melepas semua alat yang ada ditubuh ayahnya.

Mendengar penuturan Icya, Kinta yang telah salah paham segera berlari keruang Sisca dan ayahnya berada. Kebetulan saat itu Pasian sudah baikan, walau bekas tangis diwajah cantik Sisca tidak memudar namun gadis itu menyambut dengan senyum kehadiran tamu yang tidak diundang itu. Kinta segera memeluk Sisca, keduanya terlihat saling menguatkan sekarang.

"Apa-apaan ini" Teriak seorang wanita dari belakang mereka "Kalian pikir ini pasar" Wanita itu mendorong beberapa orang yang menghalanginya

"Mama" Ucap Sisca, wanita itu mengamati setiap detail siapa-siapa yang datang, tanpa bertanya sepertinya ia sudah tau semua dan seolah tidak merasa bersalah wanita itu mendatangi ayah Sisca.

"Kau udah baikan kan, aku butuh uang buat traktir teman-teman" Ucap wanita itu tanpa rasa enggan

"Dasar Iblis" Umpat Rafid

"Rafid jangan..." Icya memohon

"Apa" Wanita itu berbalik menatap Rafid tajam "Oh kau ya yang namanya Rafid, ganteng juga ya pantes si Rekha tergila-gila padamu" Tanpa sungkan wainta itu mengelus wajah Rafid, namun lelaki itu segera menghindar saat jari-jemarinya hampir menyentuh bibirnya

"Aku suka deh" Ucap wanita itu "Dan ini siapa, macho" Ia beralih pada kak Rado

"Hentikan itu Ratno, mereka adalah tamu Sisca ini yang kau pinta" Dengan wajah memerah lelaki yang masih terlihat lemah itu melempar sebuah kartu pada istrinya

"Kenapa kau cemburu ya, haduh lelaki peot kayak kamu..."

"Cukup ma, plis pergi sekarang" Teriak Sisca, wanita itu menatap Sisca sinis namun melihat wajah-wajah geram disampingnya wanita itu segera undur diri.

"Ok ok karena hari ini aku sedang senang jadi kau ku urus nanti ya jalang" Ucapanya "Dahh Rafid dan si Macho" Wanita itu melenggang pergi

Suasana diruangan itu cukup canggung sekarang

"Oh iya om ini ada Bubur dan camilan lainnya, insyaallah baik untuk tubuh om" Icya memecah keheningan, gadis itu memberikan sebuah bungkusan padanya "Tadi aku sudah bertanya pada dokter katanya tidak apa bila om konsumsi sekarang, perjalanan nanti lama Lo" Lanjutnya "Dan ini buat kakak, jaga diri juga ya kak" Icya menepuk tubuh kakak kelasnta itu

"Ah kau nak Icya gak usah repot-repot, om gak enak nyusahin terus" Ucap lelaki itu

"Ah gak kok om kebetulan tadi lewat jadi sekalian mampir" Tentu saja bohong, terlebih mereka tau saat Icya harus mengantri lama makanan itu

"Ya udah om mau makan dulu" Isyarat lelaki itu menyuruh mereka keluar

Sisca segera membawa mereka ke koordinat yang tidak jauh dari ruangan ayahnya, tentu saja gadis itu masih was-was terlebih melihat ibu tirinya berada disini. Butuh perjuangan yang cukup melelahkan saat harus berselisih paham padanya. Sisca tidak berniat menjelaskan banyak hal, ia hanya meminta maaf dengan tulus.

Setelah dapat di pastikan keadaan ayahnya telah memungkinkan, kini mereka harus segera lepas landas. Sekalipun menggunakan pesawat pribadi, namun menurut mereka lebih cepat lebih baik. Terlebih melihat kondisi ayahnya yang harus segera mendapat penanganan.

Tangis kelima wanita itu pecah tanpa mampu ditahan lagi, bahkan kelima lelaki lainnya juga terlihat berkaca-kaca. Seolah enggan melepas kepergian Sisca, wanita yang ternyata begitu tegar dibalik senyumnya selama ini.