Angel menghempas tubuhnya di atas kasur nya itu, ia berbaring dan kemudian menatap ke arah langit-langit kamarnya. Masih teringat dengan jelas di otak nya bagaimana Ares orang yang ia cintai itu berciuman mesra tanpa tahu malu di Dalam mobil tadi. Sungguh, ia benci itu, ia benci Ares!
Ia menatap ke arah jendela nya, terlihat rintik-rintik hujan disana hingga membuat Angel menaikkan alisnya. Apakah karena begitu kesal dengan Ares sampai ia bisa salah dalam memandang?
Angel bangun dari posisi berbaring nya dan kemudian berjalan mendekati jendela kamar untuk melihat dengan pasti benar atau tidak bahwa saat ini sedang hujan di luar sana.
Tadi saat ia masuk belum hujan, langit juga begitu cerah sekali. Tak ada tanda-tanda bahwa akan turun hujan malam ini.
Tapi saat ia sampai di jendela ia membuka jendelanya itu, ia melihat memang saat ini sedang hujan di luar sana dengan begitu deras sekali.
"Aneh." Gumam Angel.
Hawa dingin masuk menatap dirinya dan membelai dengan lembut kulit putih bersihnya itu. Tapi tak sedikitpun itu membuat Angel untuk menutup jendela dan masuk ke dalam selimut.
Ia masih belum bisa mengerti bagaimana malam ini bisa turun hujan, padahal tadi tak ada tanda-tandanya sama sekali. Apakah hujan malam ini Adalah sebuah pertanda? Jika iya, maka pertanda apa?
Sebuah deringan Ponsel milik Angel berbunyi membuat Angel dengan cepat mengambil ponsel yang berada di dalam tas Selempang nya itu. Sejak tadi, ia belum melepaskan tas Selempang nya yang sudah terlihat begitu lusuh.
Bukannya ia tak mau mengganti dengan tas-tas pemberian dari Ares saat ia ulang tahun, tapi entah kenapa ia begitu menyukai tas ini. Rasanya ia sangat nyaman dan dengan tas ini membuat ia bisa untuk menjadi dirinya sendiri.
Berbicara tentang Ares, ia kembali merasa Begitu sesak di dada nya. Bayangan wajah Ares dengan wanita tadi masih menghiasi pikirannya itu.
Angel mengangkat telpon itu dengan menekan tombol hijau.
"Iya Feb," ucap Angel saat telpon Tersebut sudah terhubung.
"Lo Dimana?" Tanya Feby, terdengar suaranya di ujung sana sangat khawatir.
"Dirumah nih, kenapa?" Tanya Angel, ia juga tak mengerti mengapa tiba-tiba saja Feby bertanya seperti itu.
"Beneran di rumah?" Tanya Feby.
Angel menganggukan kepalanya meskipun ia tahu bahwa Feby tak akan bisa untuk melihat nya.
"Ada apaan sih?" Tanya Angel yang benar-benar bingung dengan Feby itu.
"Syukur lah kalau Lo udah sampai rumah, kalau gitu gue tutup dulu ya Ngel. Selamat malam sayang, tidur yang nyenyak ya, soalnya besok harus kerja lagi." Ucap Feby dan kemudian ia langsung mematikan sambungan telpon tersebut tanpa mendengar jawaban dari Angel lebih dulu.
Sementara Angel ia benar-benar merasa aneh dan juga bingung. Selama ini, ini kali pertama Feby bertingkah seperti ini. Apakah sedang terjadi sesuatu? Jika iya, apa Yang sedang terjadi?
"Nggak jelas banget sih." Ucap Angel dan kemudian memasukkan kembali Telpon itu ke dalam tas nya.
"Gangguin orang aja sih Feby mah." Lanjut Angel lagi. Ia terus saja merutuki Feby yang aneh itu.
Tapi selang beberapa menit kemudian, ponselnya kembali berdering lagi. Angel yang baru saja mau menggapai air hujan dari jendela kamarnya harus mengurungkan niatnya karena telpon masuk tersebut.
"Mau apa lagi sih Feby Mah, tadi nelpon terus matiin gitu aja. Sekarang malah nelpon lagi. Untung aja temen, kalau nggak mungkin udah gue maki Lo Feb." Rutuk Angel.
Ia mengeluarkan ponselnya itu dari Dalam tas, "ada apa lagi sih Feb, tadi nelpon sekarang nelpon. Ganggu gue aja tau nggak sih Lo! Tidur sana, kan tadi Lo nyuruh gue tidur." Ucap Angel tanpa melihat lebih dulu nama penelpon.
Terdengar deheman dari seberang sana, "Jadi, aku ganggu kamu?" Ucap suara tersebut Yang sukses membuat Angel melebarkan Matanya.
Dengan cepat Angel lagi melihat nama penelpon tersebut. Nama Ares dengan emoticon love menghiasi layar ponselnya saat ini.
"Mampus gue!" Gumam Angel sambil menepuk jidatnya.
Meskipun ia kecewa dengan Ares tapi ia tak bisa untuk marah kepada Ares dengan apapun itu alasannya.
Padahal tadi ia sudah melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri area berciuman.
"Ah nggak kok, tadi aku kirain si Feby. Soalnya tadi baru aja dia habis nelpon aku." Ucap Angel.
"Beneran?" Tanya Ares.
"Iya Ares," jawab Angel.
Ares tahu siapa Feby itu makanya ia tak Bertanya panjang lebar lagi tentang Feby. Sahabat Angel itu memang sangat terkenal begitu perhatian dengan Angel sampai saat ini.
"Kamu tadi pulang pakai apa? Apa ada yang gangguin kamu? Kalau ada, bilang sama aku biar aku Kasi pelajaran dengan mereka yang sudah lancang gangguin calon istriku ini."
Mendengar itu bukannya bahagia, Angel langsung meneteskan air matanya. Bayangan wajah Ares berciuman tadi itu kembali berputar di otaknya seperti sebua kaset rusak tanpa bisa untuk dicegah.
"Ngel." Panggil Ares diseberang sana dengan sangat lembut sekali saat tak mendapatkan jawaban apapun dari Angel.
Lagi, mendengar itu ia kembali meneteskan air matanya. Rasanya ia benar-benar ingin marah dan memaki Ares tapi ia tak bisa.
Rasa cintanya terhadap Ares begitu besar hingga ia tak bisa melakukan itu.
"Angel kesayangan Ares, apakah kamu masih ada disana?" Tanya Ares.
Harusnya jika mendapatkan kata-kata seperti itu setiap wanita akan merasa Bahagia dan berbunga-bunga. Tapi beda dengan Angel, ia malah menangis dan hatinya terasa begitu perih sekali.
Karena tak kunjung mendapat kan jawaban dari Angel membuat Ares menjadi Bingung dan resah di seberang sana.
"Angel, ada apa? Apa memang ada yang gangguin kamu disana hm? Ngomong Angel. Bilang sama aku orang nya, akan aku buat dia menyesal." Ucap Ares, kali ini suaranya terdengar begitu tegas, tak ada lagi suara lembut nya yang tadi.
Angel bermati-matian menenangkan gejolak di dalam dadanya dan berusaha menepis setiap bayangan yang melintas di kepala. Air Matanya terus saja jatuh membasahi wajah cantiknya itu.
"Angel, aku kerumah kamu ya sekarang." Ucap Ares akhirnya.
"Tidak usah Res." Jawab Angel dengan cepat. Ia Tak mungkin kan bertemu dengan Ares dalam kondisi nya yang seperti ini?
"Kamu Kenapa sayang? Ayo cerita denganku. Ada yang mengusik mu tadi? Atau Feby yang begitu keras dalam menyuruhmu bekerja? Katakan saja padaku, biar aku yang akan menyelesaikan semuanya untuk kamu, biar aku yang akan memberikan pelajaran pada mereka agar tidak semena-mena denganmu." Ucap Ares dengan nada yang begitu tegas Sekali.
Angel memegang dadanya yang terasa sesak itu, "Bagaimana jika orang itu adalah kamu Res?"