Masih ada sisa-sisa rasa pusing di kepala Nadia. Namun itu bukanlah halangan sama sekalia baginya untuk terdiam dan tak melakukan apa-apa. Tertambah, tugas kuliah yang harus segera dia kirim ke dosen esuk pagi. Dengan sisa tenaga dan pikirannya, Nadia tetap berusaha agar matanya bisa tetap terjaga serta jari-jari lentiknya masih bisa diajak menari-nari di atas keyboard laptop bututnya. Ya, meskipun dia sendiri bekerja di sebuah toko peralatan komputer yang lengkap namun tak membuat Nadia seenaknya sendiri menggunakan uangnya untuk membenahi bagian sparepart yang seharusnya sudah waktunya diganti. Baginya, asalkan masih berfungsi tak usahlah diganti. Soal penampilan, nggak lagi dia jadikan sebagai sebuah ukuran.
"Ya ampun ... ini kenapa sih kursornya semakin lari-lari saja. Padahal sebelumnya nggak separah ini lhoh," gumamnya.
"Hadduh ... kalau begini caranya, mana mungkin bakalan kelar nanti tugas kuliahku. Ya Allah ... tolong dong," gumamnya dengan penuh pengharapan kepada Tuhan, sembari memegangi kepalanya menggunakan kedua jari-jari tangannya. Dengan perlahan, Nadia mulai mencoba untuk bersabar.
"Sabar, ayo sabar Nadia. Semakin kamu gusar, semakin lama kamu akan bisa menyelesaikannya. Yang terpenting, sedikit-sedikit sebaiknya kamu simpan," batin Nadia menenangkan dirinya sendiri. Lagipula, sudah malam begini juga kan nggak bakalan mungkin ada tukang servise laptop yang masih buka. Akhirnya, setelah perjuangan yang melelahkan dengan sekuat tenaga, pikiran serta kesabaran yang dia punya, kira-kira jam 12 malam tugas tersebut selesai juga dikerjakan oleh Nadia.
"Alhamdulillaah ... akhirnya ya Allah. Kelar juga,"gumamnya di tengah kesunyian malam dalam kamar kos-kosan sendirian. Dia simpan file tersebut segera ke dalam flashdisk, agar jika terpaksa terjadi apa-apa esuk harinya minimal tugas kuiiah sudah diamankan.
"Alhamdulillah ... setelah perjuangan mengalahkan si kursor yang susah dikendalikan. Done, 12.00 WIB," bunyi status media sosial yang dituliskan oleh Nadia yang sudah merasa sangat lega. Tak lupa tentunya, dia cantumkan di sana foto laptop butut yang dia pakai barusan dengan kursor yang susah dikendalikan.
Malam itu, Nadia bisa mulai bernapas dengan lega. Ditaruhnya laptop di atas meja dan Nadia yang sudah sangatkah mengantuk langsung merebahkan badannya.
*****
Sementara itu di tempat yang lain, Mas Huda yang sudah beberapa hari di rumah saja mulai merasa bosan. Padahal biasanya, kegiatan pekerjaannya sangatlah padat dengan berrbagai servisan laptop yang tak henti-hentinya. Malam itu, entah mengapa tiba-tiba saja dia terbangun dari tidurnya. Dia pun pergi ke kamar mandi untuk sekedar buang air seni. Namun selesai dengan hajatnya, dia mencoba untuk memejamkan kembali kedua bola matanya namun sulit dilakukan olehnya.
"Sudah jam segini, kenapa susah sekali memejamkan mata ya. Padahal, badanku sebenarnya sudah lebih enakan," batin Mas Huda yang sendirian di atas kasur kamarnya. Setelah hampir satu jam masih belum bisa juga memejamkan mata, Mas Huda yang merasa bingung harus berbuat apa akhirnya mengambil ponsel dan membuka-bukanya. Dilihatnya status terbaru yang diupload oleh semua teman-teman onlinenya. Tak terkecuali, tentu saja Mas Huda yang ternyata diam-diam mengikuti akun Nadia pun melihat status yang baru saja dibuat oleh Nadia.
"Hah? Nadia? Kenapa dengan laptopnya? Eror?" gumam Mas Huda yang kemudian memperhatikan dengan seksama status dan foto yang diupload sekitar jam 12 malam tersebut. Profesinya yang sudah bertahun-tahun sebagai tekniki komputer pun langsung bisa meramalkan kerusakan yang terjadi pada laptop Nadia, meskipun hanya sekedar melihatnya dari sudut pandang kamera. Bahkan, kamera dari ponsel Nadia yang tentu saja juga seadanya.
"Ini sih, gampang Nad," gumam Mas Huda sambil senyum-senyum sendiri, serta menggerak-gerakkan jari-jari telunjuk kanannya.
"Kasihan, dia pasti berusaha sangat mengirit pengeluarannya sampai laptop seperti ini tidak juga diperbaiki,"batin Mas Huda sembari menggeleng-gelengkan kepala.
Kejadian itu, membuat Mas Huda yang semula sangat sudah memejamkan mata kini semakin susah lagi melakukannya. Tanpa dia sadari, ternyata kekagumannya kepada sosok gadis lugu bernama Nadia itu telah membawanya ke dalam perasaan yang belum pernah dirasakan olehnya sebelumnya. Di atas kasur kamarnya, dia berpindah-pindah posisi tidur, mencoba untuk memiringkan badannya ke kanan dan ke kiri namun mata dan pikirannya masih juga terasa begitu terang. Dilihatnya jam dinding yang terpasang dan ternyata sudah hampir setengah tiga pagi.
"Duh ... susah sekali tidur lagi sih ini," gumamnya dengan kebingungan harus bagaimana agar bisa tidur kembali padahal sudah hampir pagi.
"Apa sebaiknya, sholat saja kali ya," gumam Mas Huda yang kemudian ke kamar mandi dan mengambil air wudhu. Dia kemudian melakukan sholat sunah di malam hari tersebut. Dia pun berdoa untuk dimudahkkan oleh Allah, jika memang Nadia itu memang jodohnya. Hingga hampir 15 menit, Mas Huda baru selesai sholat 2 rakaat dan juga berdoa. Entah mengapa, kali ini dia bisa berdoa seperti itu tentang wanita. Padahal kalau dipikir dengan logika, Nadia itu fisiknya sangatlah biasa saja, bahkan cenderung apa adanya dan sama sekali tidak modis sedikitpun. Sementara Kak Rara, dia jauh lebih menarik dan jelas-jelas dia juga menyukainya. Tapi entah mengapa, justru nama Nadia yang masuk ke dalam daftar doanya.
Selesai melaksanakan sholat sunah, Mas Huda kembali ke atas kasurnya. Angan-angannya membawa pemikiran, bagaimana caranya agar dia bisa membantu Nadia. Ya, membantu membenahi laptopnya dengan caranya. Dia tahu, seorang seperti Nadia pasti tidak mau kalau dibantu dengan cuma-cuma.Lagipula, dia juga pasti tahu harga sparepart yang dipakai untuk membenahi laptopnya nanti. Namun Mas Huda berusaha, bagaimana caranya agar Nadia bisa menerima bantuan darinya tanpa harus membayar dirinya.
"Besuk aku harus mulai bekerja. Ya, aku sudah mulai sehat. Ayo Huda, kamu segera tidur agar besuk bisa kerja lagi," batin Mas Huda yang berusah memberi motivasi kepada dirinya sendiri. Tak terasa, justru hal itu membantunya. Dia berhasil memejamkan kedua matanya sekitar jam tiga pagi.
"Tok tok tok,"
"Huda! Bangun Nak! Sudah subuh lho ini," kata Bu Riri. Mama tercinta Huda, yang begitu menyayanginya dengan sepenuh hati.
Huda yang baru tidur jam tiga pagi, rasanya menjadi sangatlah berat untuk membuka matanya jam setengah 5 pagi, saat adzan subuh berkumandang.
"Tok tok tok,"
"Huda! Bangunlah Nak! Ayo buruan bangun!" teriak Mama Riri kembali karena putranya masih belum juga menyahut panggilan darinya.
"Apa sih Ma? Masih ngantuk banget nih," sahut Mas Huda dengan mata yang masih tertutup rapat seperti masih ada lem yang menyatukan keduanya.
"Eh ... pria dewasa kok susah sekali dibangunkan itu bagaimana? Mau jadi apa nanti Le?" tanya Mama Riri kembali.
"Ya udah Ma, bentar lagi ya. Lima menit," sahut Mas Huda sembari menutup kedua telinganya dengan menggunakan bantal tebal.
******
Bersambung di chapter selanjutnya ya Kak ...
Semoga kalian semua suka ...