"Mana Nad? Coba tak lihat dulu," sahut Mas Huda.
"Yang ini saja ganti merk lain nggak apa-apa Nad," kata Mas Huda kembali.
"Oke, jadi untuk yang lainnya? Dicancel saja ya Mas?" tanya Nadia.
"Yup," sahut Mas Huda.
Nadia kemudian berjalan kembali ke belakang, untuk mengambilkan kembali barang yang hendak digantikan. Waktu yang bisa digunakan oleh Mas Huda untuk sekedar mengumpulkan keberanian bertanya kepada Nadia. Ya ... paling tidak bertanya tentang laptopnya yang semalam rusak.
"Nah ... ini Mas Huda. Sudah. Oiya, Mas Huda kok lama nggak kesini kenapa Mas?" tanya Nadia sambil menulis orderan.
Mas Huda sendiri merasa terkejut, ternyata Nadia memperhatikan dirinya juga.
"Nggak kenapa-kenapa kan Mas Huda?" tanya Nadia kembali.
Tanpa berkata apa-apa, Mas Huda hanya menunjukkan bekas luka yang ada di keningnya. Karena sebelumnya dia sengaja mengenakan topi agar tidak kelihatan bekas luka yang masih diperban tersebut.
"Astaghfirulloh Mas Huda kena halangan ternyata?" tanya Nadia yang kemudian dengan sangat serius memperhatikan kening Mas Huda dan meletakkan pulpen yang ada di tangannya.
Sementara itu, Mas Huda yang justru jadi malu karena terus dilihatin sama Nadia. Dia kemudian menutup kembali bekas luka di keningnya menggunakan topi.
"Tadinya sih ... pingin ngabarin. Tapi kan, aku nggak punya nomor wa kamu Nadia? He ... he," sahut Mas Huda memberanikan diri melepaskan kata-kata.
"Hah? Maksudnya Mas Huda gimana ya? Oh ... mau minta nomor wa saya? He ... he," sahut Nadia yang sama saja dengan Mas Huda yang jadinya salah tingkah.
Mas Huda pun langsung gerak cepat mengeluarkan kartu namanya, lantas menyodorkan kepada Nadia.
"Nanti kamu wa saja ke nomor ini Nad. Siapa tahu, ada yang perlu dibantu. He ... he," kata Mas Huda sambil nyengir meski terkesan aneh karena dia yang masih grogi.
Sambil tersenyum, Nadia pun kemudian mengambil kartu nama tersebut serta berkata,"Oh ... ya. Makasih ya Mas Huda. Nanti pasti aku wa."
"Siap," sahut Mas Huda dengan wajahnya yang mulai tampak berbinar.
"Astaga ... maaf jadi lama. Aku ... selesaikan pesanan Mas Huda dulu kalau begitu ya Mas," kata Nadia yang masih sedikit salah tingkah.
Mas Huda pun hanya mengangguk seraya tersenyum karenanya. Sekaligus ada rasa lega.
"Yes, terimakasih ya Allah. Akhirnya ada juga jalan mendapatkan nomor wa Nadia," batin Mas Huda.
Tak lama kemudian, Nadia yang sudah selesai menyiapkan pesanan pun memberikan kepada Mas Huda untuk kemudian ke kasir guna membayar semua barangnya. Saat yang sama, Kak Rara terlihat dari keluar dari dalam toko. Dia pun langsung histeris menyapa,"Eh ... Huda? Kamu dah sembuh?"
"Ups" tambah Kak Rara yang baru sadar kalau di sana ada Nadia yang seharusnya tidak boleh tahu kalau Kak Rara mengetahui soal sakitnya Mas Huda. Matanya pun terlihat jelalatan dan berpikir harus ngomong apa nanti kalau Nadia bertanya padanya.
"Alhamdulillah udah baik Ra. Makasih doa dan buahnya ya Ra," kata Mas Huda yang semakin menambah Kak Rara serba salah dengan Nadia.
"Ooh ... jadi, Kak Rara malah sudah sempat jengukin Mas Huda juga to? Maaf ya Mas Huda, aku nggak sempat jengukin," kata Nadia.
"Eh ... nggak apa-apa Nad. Lagian kamu kan juga nggak tahu kalau aku baru sakit kemarin
Ya udah aku ke kasir dulu ya," sahut Mas Huda yang kemudian berjalan menuju tempat kasir berada.
Kak Rara yang merasa tidak enak hati dengan Nadia pun akhirnya berkata,"Nad, aku minta maaf ya. Soal ...."
"Udah santai aja kali Kak Rara. Lagian, hak Kak Rara juga kali buat kasih tahu atau tidak sama aku. Lagian, nggak ada juga kan untung ruginya buat aku," jawab Nadia dengan santainya.
"Ya ... udah, kalaj gitu aku ngelayanin pelanggan dulu Nad," kata Kak Rara yang lantas meninggalkan Nadia.
Tak lama kemudian, Mas Huda pun sudah selesai dari kasir dan sekarang giliran Nadia mengecek semua pesanan dari Mas Huda.
"Ini Nad," kata Mas Huda.
"Baik, saya cek sebentar ya. Lumayan nih belanjaannya Mas, setelah beberapa hari nggak absen ke sini. Habis 3.6 juta. He ... he," kata Nadia.
"Iya, tadi cek di konter yang kosong itu Nad. Tapi biasa, kadang juga ada yang kelewatan juga. He ... he," kata Mas Huda.
"Oh ... ya besuk ke sini lagi kalau memang kelewatan Mas Huda," sahut Nadia.
"Oiya, kalau besuk butuh bantuan buat benerin laptop bilang aja Nad," kata Mas Huda.
Mendengar hal tersebut, mata indah Nadia tiba-tiba terbelalak menatap ke arah Mas Huda. Sementara itu, Mas Huda hanya tersenyum saja.
"Huda... Huda. Kamu ini, jadi terlalu bernapsu gini," batin Mas Huda.
"Kok bisa kebetulan gini ya Mas? Aku tuh lagi bingung sebenarnya, laptop aku tuh lagi eror. Nggak tahu mau minta tolong sama siapa," kata Nadia.
"Eror? Eror gimana?" tanya Mas Huda.
"Ah ... nanti saja Mas Huda, aku wa ya. Nggak enak kalau kelamaan ngobrol. Masih ada pelanggan lainnya soalnya. Ini, barang-barang Mas Huda udah siap dibawa," kata Nadia.
Mas Huda pun mengangguk dan membenarkan kata-kata dari Nadia.
"Ya udah Nad, kalau gitu aku jalan sekarang ya," kata Mas Huda.
"Baik. Hati-hati ya Mas! Nggak usah ngebut, jangan capek-capek," kata Nadia.
Mendengar kata-kata Nadia, entah memgapa hati Mas Huda pun terasa adem. Dia pun berjalan menuju tempat parkir dan menaruh barang-barangnya di bagian depan.
Tak lupa, sebelum menjalankan sepeda motornya ternyata tatapan mata Mas Huda mengarah ke mata Nadia. Seolah-olah berkata, aku pulang dulu ya Nad. Sampai ketemu lagi nanti di chat wa. Sementara Nadia juga berkata dalam hati,"Makasih Mas, nanti aku kabari lagi. Syukurlah ... akhirnya ada orang yang hendak membantu aku membenarkan laptop juga. Bisa kebetulan gini ya?"
Meskipun masih bertanya-tanya dalam hatinya, Nadia segera kembali ke pekerjaannya. Melayani pelanggan dengan sepenuh hatinya.
"Mari Ibu, silahkan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Nadia dengan ramah.
"Iya Mbak, saya mau cari ini dong. Lcd buat laptop ini," jawab pelanggan tersebut sembari mengeluarkan dari tasnya sebuah laptop slim dengan lambang apel tergigit di belakangnya.
"Coba, saya lihat dulu ya Bu," sahut Nadia.
"Oiya ... silahkan Mbak. Sebenarnya saya sudah bawa ke tempat servis di dekat rumah Mbak. Tapi, karena katanya LCDnya mahal banget jadi disuruh cari sendiri habis itu baru dibantu buat pasangnya," kata Ibu tersebut.
"Oh ... begitu? Ya ... jadi ini harganya segini Bu," jawab Nadia sembari menunjukkan daftar harga kepada pelanggannya.
"Ya udah nggak masalah Mbak, saya ambil," jawab pelanggan tersebut.
Nadia pun lantas mengambilkan pesanan dengan ramah.
Jadwal kerja Nadia hari itu, sampai jam 1 siang. Baru setelah itu, ganti shift dan dia pergi ke kampusnya.