Diona langsung menarik tangan Owen yang siap menghajar Alan dan di samping Alan Sisi siap memegangi tangan pria bertubuh tinggi besar itu.
"Owen, tenangkan dirimu!" bisik Diona lalu menghalangi pandangan Owen dari Alan.
"Hah! Kenapa dia selalu saja membuatku kesal!" geram Owen lalu duduk di kursinya lalu mencoba menenangkan diri.
Sama seperti Diona, Sisi juga mencoba sekuat tenaga menghalangi pandangan Alan dari Owen sembari terus menenangkan pria tampan itu.
"Dia yang mulai, Sisi!" Adu Alan tak mau disalahkan.
"Iya, aku tau, sudah! Hentikan!" tutup Sisi lalu kembali ke tempatnya untuk memulai lagi acara hari itu hingga siang menjelang.
"Jam berapa acara ini berakhir?" tanya Sisi sembari memegangi kepalanya yang jenuh dengan deretan acara yang melelahkan ini.
"Hmmm, aku tak tau. Sebenarnya aku juga sudah sangat bosan tinggal di sini!" jelas Alan membuat Sisi tersenyum sinis.
"Apa kita pulang saja?" lanjut Alan dan Sisi segera bangkit dari tempat duduknya.
"Ayo, aku lelah tinggal di sini!" seru Sisi dengan bersemangat.
Alan kemudian bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menuju pintu yang harus melewati Owen yang sedang duduk berbincang dengan anggota mafia lainnya, agar tak saling bertabrakan pandang, Sisi berjalan di sebelah kanan tubuh Alan.
Maksud hati Sisi ternyata tak berjalan lancar, baru saja dia berjalan beberapa langkah, Owen yang merasa tak mau kehilangan kesempatannya membawa pulang Sisi malah memanggil Alan dengan lantang, "Kau mau kemana?"
"Ih, kenapa dia malah memanggil Alan!" geram Sisi yang tau perkelahian bisa terjadi kapan saja jika Owen tak berusaha mengacuhkannya.
"Kenapa memangnya?" teriak Alan yang langsung berjalan menghampiri tubuh Owen yang lebih pendek darinya itu.
"Aku hanya bertanya, kenapa kau jadi marah begitu?" sinis Owen yang kemudian membusungkan dadanya agar terlihat lebih perkasa dari rivalnya ini.
"Kau menantangku?" lanjut Alan sambil meregangkan kepalan tangannya.
"Hey, kalian ini kenapa sih?" ujar Sisi lalu berusahan memisahkan Alan dan Owen yang kini hanya berjarak beberapa sentimeter saja.
"Lepaskan!" teriak Alan yang sudah terlanjur panas karena Owen.
"Memangnya kalian mau apa?" teriak Sisi sembari memutar bola matanya mencari Diona yang tak nampak matanya.
"Lepaskan saja, Sisi! Aku sudah lama tak melihat pria yang kau lindungi itu berduel denganku!" tantang Owen yang melepas jas hitamnya dan melepas kancing ujung bajunya.
"Tidak, aku tak mau kalian cari ribut di tempat ini. Ini bisa membuat kalian semua dalam masalah!" jelas Sisi namun Owen malah tertawa sinis membuat Alan semakin kesal kepadanya.
"Sisi benar juga!" seru Alan lalu menunduk sesaat.
Alih-alin mengurunkan niatnya untuk berduet, Alan justru kembali berseru, "Kalau begitu bagaimana kalau kita berduel di luar saja!"
"Oh, tidak! Itu sama saja!" potong Sisi namun terlambat.
"Ayo!" seru Owen lalu berjalan dengan dada membusung keluar ballroom itu untuk bersiap menghajar Alan.
Tak mau dibilang pengecut, Alan juga melangkahkan kakinya keluar ruangan rapat itu hingga berhenti di sebuah taman kecil di tengah hotel yang sangat indah itu.
Alan tak mungkin menolak duel ini, selain Alan ingin terlihat kuat di depan Sisi, gengsi pria tampan itu memang terlalu tinggi untuk menolak tantangan seorang Owen Grey.
"Alan, tunggu!" teriak Owen saat keduanya tiba di taman kecil itu.
"Apa!" teriak Alan yang siap dengan kuda-kudanya.
"Aku tak mau kita berduel tanpa hasil, mari kita buat perjanjian. Jika kali ini aku berhasil mengalahkanmu, berarti kau harus merelakan Sisi pergi denganku!"
Alan terdiam mendengar syarat dari Owen, memang mereka selalu berduel dan pemenangnya adalah dirinya, tapi belakangan ini Owen kabarnya sering berlatih bela diri dan itu berarti kemungkinan dia memenangkan duel ini bisa jadi seimbang.
"Baiklah!" ujar Alan dengan angkuh.
"Sisi, aku dengar itu, kan?" tanya Owen yang sudah merasa menang bahkan sebelum duel itu dimulai.
"Ayo, jangan banyak bacot!" teriak Alan dan duelpun dimulai.
"Alan! Owen!" teriak Sisi melihat kedua pria dewasa itu mulai berduel demi memperebutkan dirinya.
"Hey, kenapa lagi mereka!" teriak Diona yang berjalan mendekati Alan dan Owen yang mulai saling pukul hingga terjatuh di atas tanah.
"Pergi!" perintah Alan pada Diona dan pelayan itupun mengikuti perintah tuannya.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Sisi panik namun tak bisa berbuat apa-apa.
Bag.... bug.... bag.... bug...
Meski seluruh peserta acara mafia itu melihat perkelahian antara Owen dan Alan dari dalam hotel, tapi tak ada satu orangpun yang berani mendekat kearah keduanya. Bagi mereka perkelahian dua laki-laki dewasa ini adalah kewajaran terlebih hadiahnya adalah seorang wanita.
Bragg....
Owen membanting tubuh tinggi besar Alan dan duduk di atas dadanya sehingga keturunan Keluarga Purple itu tak bisa berkutik.
"Yes!" sorak Sisi saat akhirnya pria kasar itu bisa ditaklukkan oleh suaminya.
"Hah! Jelas sudah siapa pemenang dalam duel kali ini, Alan!" seru Owen yang masih duduk di atas dada Alan yang kehabisan nafas.
"Ya, aku mengakui keperkasaanku kali ini. Pergilah dengan Sisi, tapi aku mohon...."
"Apa?" potong Owen lalu menunggu Alan melanjutkan perkataannya yang terpotong.
"Jaga dia baik-baik, dia wanita yang baik dan aku sadar aku tak pantas untuknya!"
Perkataan Alan itu membuat Owen terenyuh, entah perkelahian ini benar-benar dia menangkan atau memang Alan sengaja mengalah untuknya.
"Owen! Kau berhasil!" seru Sisi yang menghampiri suaminya yang masih menatap tajah kearah Alan.
"Iya!" ujarnya lalu berdiri sembari terus memandangi wajah Alan yang sudah penuh darah.
"Owen, aku mohon!" bisik Alan dengan sisa tenaganya.
"Apa yang dia mohonkan?" tanya Sisi lalu berjalan menjauh dari tubuh Alan yang masih terkapar di atas taman.
"Dia bilang, dia ingin aku menjagamu!" tegas Owen yang sibuk mengancingkan lagi ujung kemejanya yang dia tekut saat akan berduel dengan rivalnya itu.
"Kenapa dia berkata begitu?" tanya Sisi lagi.
"Entahlah!"
Mereka lalu kembali ke dalam ballroom dengan sorakan pada tamu acara untuk merayakan keberhasilan Owen dalam duel panas dua pria bergengsi tinggi itu.
Seluruh tamu mengelu-elukan nama Owen berkali-kali membuat kemenangnan itu semakin terasa manis untuk Tuan Muda Grey ini.
Sesaat Sisi melupakan permohonan Alan itu dan mulai tenggelam dalam huforia perayaan kemenangan itu.
Brag...
Saat perayaan masih berjalan, Linda datang dengan wajah marah dan menghampiri Owen hingga semua orang terdiam.
"Ada apa lagi kau kemari, Nyonya?" tanya Owen dengan tatapan sinis.
Plas....
Tangan Linda melayang ke pipi Owen yang masih memar akibat duelnya tadi.
"Kau cari masalah dengan keluarga Purple, Owen!" teriak Linda lalu menatap sekeliling ruangan. Wanita paruh baya ini mengamati satu persatu wajah mafia yang harusnya melindungi putranya dan bukannya membiarkan Owen membuatnya babak belur.
"Kalian semua!" teriak Linda dengan lantang, "Kalian semua punya masalah dengan kelurgaku!"
Teriakan Linda ini sontak membuat semua mafia ketakutan, mereka baru sadar apa yang mereka lakukan benar-benar tak bisa dibiarkan.