Chereads / Tante Sisi (Buronan Mertua, Kesayangan Sang Mafia) / Chapter 27 - Pilih Owen Atau Alan

Chapter 27 - Pilih Owen Atau Alan

"Ayo cepatlah, nanti kita terlambat!" pinta Alan yang langsung berdiri dan berjalan menuju pintu untuk segera pergi ke acara penting hari ini.

"Apa kita harus terburu-buru begini?" tanya Sisi yang masih belum nyaman dengan sepatu kulit yang dikenakannya.

"Iya, tentu. Aku tak pernah terlambat untuk acara sepenting ini!" lanjut Alan sembari memutar gagang pintu dan melangkah turun menuju ruang makan.

Tangannya kini mengandeng tangan Sisi yang begitu bersemangat karena tau di tempat tujuan mereka itu dia akan bertemu dengan kekasih hatinya, Owen Grey.

"Alan!" panggil Linda saat putranya telah tiba di kursi makannya, "Kau mau sarapan apa?"

"Apa saja yang cepat, aku tak mau terlambat sampai ke Hotel Savoy!"

Linda mengangguk lalu meminta pelayan segera menyiapkan sarapan untuk putranya itu, mata Linda juga tak henti memandangi Sisi yang hari ini nampak cantik dengan busana dan riasanya yang sederhana.

"Kalian nampak serasi!" puji Linda lalu duduk di samping Alan.

"Terima kasih!" tutur Sisi lalu meletakkan telapak tangannya di dada sebagai ungkapan hormatnya pada ibunda Alan Purple itu.

"Kau siap untuk hari ini!" tanya Linda pada Alan dan berusaha membuang wajahnya jauh-jauh dari pandangan Sisi.

Paham Nyonya Purple menolak ungakapan hormatnya, Sisi langsung membuang muka sambil menyesali tindakan hormatnya itu.

'Harusnya juga aku tak ramah padanya' batik Sisi dengan kesal.

"Makan!" teriak Linda membuat mata Sisi membola.

'Kenapa dia kasar sekali padaku, dia memperlakukanku seperti budaknya saja' batin Sisi lagi.

Mendengar teriakan Linda, Sisi lalu meraih roti bakar bertabur keju yang disajikan pelayan untuknya.

"Terima kasih kau sudah melayaniku dengan baik!" tutur Sisi pada pelayan yang hari itu melayaninya.

Mata Linda kembali menatap Sisi, rasanya baru kali ini dia bertemu wanita yang begitu lembut dan sangat ramah pada pelayan yang notabene adalah orang yang kastanya lebih rendah darinya.

"Tak usah bertingkah ramah untuk membuatku terpukau, itu tak akan merubah apapun!" ketus Linda membuat Sisi menghentikan makan paginya lalu bergegas meraih cangkir teh yang ada di depannya agar roti di mulutnya tak membuatnya tersedak.

"Kenapa kau menganggapku begitu buruk?" tanya Sisi dengan tatapan tajamnya.

"Kau begitu hanya untuk membuatku terpukau, kan? Percuma!" ulang Linda membuat Alan yang tadinya sudah mulai bisa ramah pada Sisi kini kembali menghela nafas panjangnya.

"Sudah! Cukup!" geram Alan lalu menarik tangan Sisi yang duduk di sampingnya dengan kuat. "Kau juga, kenapa kau tak bisa menjaga sikapmu di depan ibuku?"

"Dia yang duluan!" teriak Sisi membuat anggapan baik tentang wanita ini di mata Alan seketika luntur.

"Apa tak bisa kau bicara lebih pelan?" geram Alan lalu menarik tangan Sisi dengan cepat hingga wanita cantik itu mendarat di dadanya.

"Kau ini, kenapa kau malah membela ibumu. Jelas-jelas dia yang mulai!" ketus Sisi membela diri.

"Diam!" Mata Alan seperti akan keluar dari rongga kepalanya. "Kita pergi saja sebelum aku semakin marah kepadamu!"

Alan lalu menarik tangan Sisi dengan erat hingga tubuh sintalnya hampir terjatuh ke lantai.

"Dia kasar sekali!" gerutu pelayan yang masih berdiri di samping Linda sambil mengelus dadanya.

"Putraku itu mafia, mana mungkin dia lembut pada wanita!" ujar Linda lalu tertawa sinis kepada pelayan yang membela Sisi.

Alan yang kesal lalu mempercepat langkahnya hingga tiba di depan mobil Limosin hitam miliknya.

"Bukakan pintu, kenapa kau malah diam melihatku datang!" teriak Alan pada supirnya yang nampak baru bangun tidur.

"Baik, Tuan!" tuturnya lalu membukakan pintu mobil dan lekas-lekas melajukan mobil menuju Hotel Savoy tempat pertemuan keluarga mafia London hari ini berkumpul.

**

Hotel Savoy.

"Owen, mengapa mereka belum tiba?" tanya Diona yang semenjak tiba terus saja memperhatikan pintu masuk ballroom untuk menyambut kedatangan Sisi Blue dan Alan Purple.

"Mmmm, mana aku tau!" Owen mengacak-acak rambutnya berharap semua kekhawatiran pada Sisi di kepalanya segera berlalu.

"Tuan dan Nyonya Purple memasuki ruangan!" seru seorang protokoler mengumumkan kedatangan Alan dan Sisi.

"Nyonya Purple?" gerutu Owen lalu menyipitkan matanya, "Berani sekali dia mengakui istriku sebagai wanitanya!"

"Diam saja dulu, kita tunggu Alan lengah, ingat pesan ayahmu!"

Owen yang sempat kesal lalu melebarkan senyumnya dan berdiri dari tempat duduknya untuk menyambut Sisi yang sudah semalam membuatnya sangat rindu.

Sisi yang mengenakan baju serba hitam kemudian memasuki ballroom itu dengan sambutan tepuk tangan dari semua tamu yang hadir. Mata semua tamu langsung mengarah pada Alan yang tetap terlihat datar saat tepukan tangan yang menyambutnya semakin kencang berkumandan.

"Kau luar biasa, Alan!" seru seorang tamu memuji kecantikan Sisi yang berdiri di samping penerus Keluarga Purple itu.

"Iya, tentu saja! Hhaaah!" Alan menghela nafas berat lalu melangkah ke arah Owen yang terdiam melihat pria tinggi besar itu menghampirinya. "Apa kabar, Teman!"

"Baik!" jawab Owen singkat lalu membuang pandanganya jauh-jauh dari Sisi.

"Hi, Owen!" sapa Sisi begitu manis.

Melihat Sisi yang bermanis-manis pada musuhnya, Alan langsung menarik tangan wanita cantik itu menjauh. "Jangan berani-berani kalian main mata atau kuhabisi keluargamu!" ancam Alan pada Sisi yang langsung menunduk.

"Dan aku, Owen Purple. Berhenti memandangi wanitaku!" lanjut Alan dengan begitu ketus.

Owen tak perduli, matanya terus saja memandangi lekuk-lekuk tubuh Sisi yang begitu manis dan mulai membayangkan adegan bercintanya jika kelak istrinya itu kembali ke atas ranjangnya.

'Sisi, aku pasti akan kembali merebutmu dari pria jahat itu!' bisik Owen dalam hati.

"Sabar, Owen! Pasti ada saatnya kita mengajak Sisi kembali ke pelukanmu!" tutur Diona memberi semangat pada tuan mudanya itu.

Acara siang itu kemudian dimulai dengan ramah tamah dari pemimpin mafia London, mendengar acara yang membosankan itu, mata Owen mulai mengantuk, dia lalu meminta Diona mengambilkannya secangkir kopi untuk membuang penatnya.

"Baiklah, tunggu di sini!" ucap Diona lalu bangkit dari tempat duduknya yang berada di samping Owen sembari memandangi meja penuh sajian kopi dan kudapan lainnya.

Saat Diona mendekati meja kopi, Sisi buru-buru berdiri.

"Kau mau kemana?" geram Alan lalu menarik tangan lembut Sisi untuk membali duduk di sampingnya.

"Aku hanya ingin ambil kopi!" tunjuk Sisi pada meja kopi itu.

Sontak Alan yang tau maksud dari wanitanya ini membolakan matanya untuk melarangnya mendekati Diona yang berada di depan meja itu.

"Sebentar saja!" pinta Sisi setengah merengek.

"DIAM!" teriak Alan dengan sangat kencang membuat seluruh tamu di ruangan itu melemparkan pandangan mereka kearahnya.

"Tak bisakah kau ramah pada wanitaku!" teriak Owen pada teriakan Alan pada istrinya.

"Hey, aku bicara apa? Dia ini wanitaku, jangan asal bicara kau, ya!" balas Alan lalu menggebrak meja di depannya.

"Gawat! Mereka bisa berduet jika begini adanya" desis Diona kemudian melangkah cepat mendekati Owen.

"Kau mengajakku berduet!" teriak Owen yang semakin tak bisa mengontrol emosinya.