21. Bingkisan
Hujan diluar sangat deras bahkan dari dalam ruangan terdengar suara berisik dari genting. Udara juga semakin dingin, membuat Selena bergegas menutup jendelanya.
Malam semakin larut dan rasa kantuk belum juga menghampirinya. Sudah hampir satu jam dia bergulir di kasurnya, berharap akan segera tertidur. Tapi nyatanya mata dan pikiran tidak bisa bekerja sama.
Di ruang lain juga terjadi hal yang sama. Raiden dan Thora sejak tadi masih saling bercerita sambil menunggu rasa kantuk.
Raiden yang tiduran di sofa selalu melempari Thora dengan kulit kacang saat matanya hendak tertidur. "Bangun woy!"
Karena kesal sejak tadi Raiden selalu menggangunya, Thora melempar bantal tepat di muka Raiden. "Udah malem jangan banyak bacot!"
Dengan helaan napas yang panjang, Raiden berguling menatap Thora yang sudah memejamkan matanya diatas kasur empuknya. "Thor, Gue bentar lagi mau ada acara kampus buat tour travel di Bali Lo mau ikut nggak?"
Thora yang masih memejamkan matanya sudah tidak lagi menjawab pertanyaan dari Raiden. Hanya terdengar dengkuran halus darinya, dengan kesal Raiden kembali melemparkan bantal tadi ke wajah Thora.
Sepertinya hujan akan turun semalaman, karena sejak tadi tidak ada tanda-tanda kalau hendak reda. Dengan selimut yang diberikan Thora, Raiden mencoba memejamkan matanya dan menyusul Thora ke dunia mimpi.
Kos-kosan milik Thora malam ini berbeda dengan malam sebelumnya. Saat kemarin masih ramai dengan para penghuni yang saling bermain sampai larut, malam ini semua kamar terlihat sangat sepi. Mungkin saja hujan ini membuat tidur sebagian orang bertambah nyenyak, jadi para penghuni kamar tidak ada yang keluar.
***
Pagi ini udara masih terasa dingin, padahal matahari sudah naik sejak satu jam yang lalu. Dedaunan dan pohon terlihat masih menggantung air sisa hujan semalam. Sepertinya keadaan seperti sekarang membuat banyak orang enggan untuk melakukan aktivitasnya lebih awal.
Seperti seseorang yang masih mendengkur sejak tadi dengan selimut membelit tubuhnya. Thora yang bangun lebih awal merasa sangat terganggu dengan suara dengkuran Raiden, dia menghampiri pria itu dan menyumpal mulutnya menggunakan tisu yang ada di meja. "Rasain tuh sarapan pagi!"
Thora segera berlari keluar rumah untuk menghindari Raiden jikalau dia marah padanya. Saat membuka pintu rumah, dia langsung disambut dengan sebuah bingkisan lumayan besar di teras rumahnya.
Terlebih dulu dia mengecek kotak yang terbalut kain itu. Tidak ada alamat ataupun nama pengirim dan saat dilihat gerbang kos juga masih terkunci. Thora masih bingung dengan kejanggalan pagi ini, siapa yang bisa mengirim barang tapi gerbang masih dalam keadaan terkunci.
Agak ragu dia membuka bungkusan itu, saat kain dibuka masih ada kotak dari kayu yang menjadi wadahnya. "Ini apaan sih?"
Ternyata bungkusan tadi berisi banyak sekali makanan dan beberapa jenis kue basah. Yang membuat Thora makin tidak suka dengan kedatangan bungkusan itu adalah ditemukannya sebuah surat dibalik penutup wadah.
"Thora selamat ulang tahun, maaf Mama masih tidak bisa menemui kamu. Ada banyak rasa bersalah yang belum sanggup Mama tanggung saat melihat wajahmu. Ini ada rendang dan nasi uduk kesukaan kamu, semoga suka dan jangan lupa untuk menjaga kesehatan!"
Thora membuang surat tadi ke sembarang arah. Sampai terdengar suara Raiden yang sepertinya akan marah padanya. "Thora! Kesini Lo!"
Benar saja Raiden datang dengan tangan yang terkepal dan hendak memukul Thora. Tetapi saat melihat ekspresi sahabatnya yang tampak lebih menyeramkan darinya dengan sebuah bingkisan didepannya mengurung niat Raiden. "Itu apa?"
"Liat aja sendiri!" Thora kembali duduk di kursi yang ada didepan terasnya.
Raiden merunduk dan menyibak sehelai kain yang menutupinya, matanya langsung berbinar saat mengetahui isinya. "Wow makanan bro, kok Li nggak langsung bilang sih? Mumpung lagi laper banget gue nih."
"Ambil aja! Bawa pulang dan bagiin ke temen-temen Lo!" Thora menjawabnya dengan nada yang terkesan dingin.
"Lo kenapa sih? Lo nggak suka rendang? Atau gimana?" Raiden mengernyitkan dahinya dan bingung dengan tingkah Thora padanya.
Tangan Thora menunjuk selembar kertas yang setengahnya basah karena terkena air hujan. Merasa ada yang janggal, Raiden segera mengeceknya. Dia membaca kertas yang di tunjuk Thora, kini dia mulai mengerti kenapa sikap Thora jadi berubah seperti ini. "Oke gue bawa pergi aja ya biar Lo nggak lihat."
Thora tidak menjawab, dia hanya menyibukkan dirinya dengan ponsel yang di genggamnya. Merasa Thora tidak ingin membahas hal ini, Raiden segera membawa bungkusan tadi keluar dari halaman Thora.
Membawanya naik keatas motor dan hendak membawanya pergi, sebelum teringat dengan seseorang yang tentu saja belum sarapan pagi ini. Raiden kembali menurunkan kotak makan tadi dan membawanya naik ke lantai 2 untuk membaginya dengan Selena.
Selena yang masih tertidur merasa terusik dengan ketukan pintu berulang. Dia segera membuka pintu dan melihat Raiden berdiri didepannya dengan kotak ditangannya. "Selamat pagi."
Tanpa persetujuan dari Selena, Raiden langsung masuk kedalam kosan Selena lalu menaruh kotak makan di meja makan ruangannya. "Kita sarapan dulu yuk!"
Selena yang masih bingung dengan kedatangan Raiden secara mendadak jadi mematung sambil memegangi gagang pintu. "Emm aku mau ke toilet dulu."
Dengan wajah baru bangun tidur menemui orang lain akan terasa sangat tidak nyaman. Terutama untuk Selena yang pemalu dan tidak bisa bertemu dengan orang lain secara mendadak. Selena segera masuk ke toilet untuk membasuh muka dan gosok gigi, setidaknya wajahnya bersih walaupun tanpa makeup.
Saat keluar dan menemui Raiden, Selena sempat terpukau dengan isi meja makannya yang terisi banyak sekali makanan. "Ini banyak banget makanannya, kamu kenapa bawa kesini?"
"Ini bukan aku yang bawa sebenarnya, ini punya Thora tapi dia nggak mau."
Selena mengerutkan keningnya, "Kenapa? Kan ini enak banget kayaknya."
"Mending duduk dulu dan makan deh! Sambil makan aku bakal cerita kenapa Thora nggak mau makan makanan enak kayak begini."
Selena menuruti perintah Raiden, dia duduk dan menerima sekotak nasi lengkap dengan lauk pauknya. Melihat Raiden yang dengan lahap menyantap makanannya, membuat Selena ikut mencoba makan makanan didepannya.
"Jadi hari ini itu ulang tahunnya Thora." Ucapan Raiden membuat Selena terkejut dan menghentikan makanannya.
"Ulang tahun?" dengan wajah yang terkejut sekaligus antusias Selena menaruh kembali sendoknya.
"Iya ulang tahun, tapi Thora nggak mau orang lain merayakannya. Menurutnya hal itu tidak ada gunanya, dia pengen hari ulang tahun itu dihapuskan."
"Kenapa?" wajah Selena kembali menjadi penasaran dan menunggu jawaban Raiden.
"Nanti kamu juga bakal tahu sendiri kalau udah deket sama Thora. Aku nggak mau kasih tahu rahasia dia ke orang lain, walaupun aku percaya kamu itu orang baik."
Mendengar kata ulang tahun, sepertinya Selena dengan Thora sama-sama tidak menyukainya. Walaupun Selena tidak tahu alasan Thora, tapi sepertinya hampir sama dengannya.
Tidak mau terlalu ikut campur dalam masalah itu, Selena segera menghentikan rasa penasaran dan melanjutkan sarapannya.