Kediaman keluarga Atmaja, ruang bersantai keluarga.
"Ayah tidak mau tahu, bulan depan kamu harus sudah menikah. Titik!" Suara bariton mengisi ruangan, dengan mata nanar dan jari telunjuk yang tegak lurus.
"Bulan depan?" Seorang gadis tiga puluhan tahun hampir tersedak napasnya sendiri saat pria enam puluhan tahun, mendesaknya untuk segera menikah.
"Ayah jangan memaksaku seperti ini. Ayah kira mencari suami semudah membeli ikan di pasar, yang bisa kita pilih di tempat? Tentunya aku harus melihat calon suamiku ini dari Bibit, Bebet dan Bobot, seperti yang Ayah selalu katakan padaku."
"Tentu saja itu benar, kamu harus mencari calon suami yang jelas dari segi pendidikannya, keluarganya dan pekerjaannya. Ayah mengatakan itu agar kamu mendapatkan suami yang terbaik. Jangan seperti berandalan di luaran sana atau pengangguran yang akan hanya menghabiskan semua harta keluarga!"
"Aku tahu itu, tapi ..."