"Ayah. Marahi dia. Kakak nakal pada ku. Dia berbuat yang tidak baik kepada ku," kata ku merengek bagaikan anak kecil pada ayah nya.
Ayah tersenyum kecil, "Sini sayang! Sini! Kemarilah!" Dia mendekap ku kembali.
"Kemarilah, boneka kecil ku. Cup.... Cup...." tutur nya dengan membelai halus rambut ku.
Ble.... Aku meledek kakak, seraya aku yang dipeluk oleh ayah. Ayah memanjakan ku seperti mainan nya. Aku boneka kecilnya, dan sampai kapan pun aku akan menjadi boneka kecil kesayanagan nya.
Dia menatap ku sejuta makna. Ada banyak arti dalam setiap tatapan matanya itu. Sungguh sulit untuk ditebak. Terkadang dia baik dan bisa saja dia menjadi orang yang jahat.
Namun, dia tetap lah kakak ku tersayang. Biarpun orang ingin berkata apa, yang terpenting dia adalah kakak ku. Kakak Frans ku yang baik.
Pelukan ayah dilepaskan. Aku berdiri diantara kedua laki-laki ini.
"Kau memang tidak pernah dewasa, walau usia mu sudah 23 tahun." Dia berkata dengan menggeleng-gelengkan kepala nya sendiri.
