"Ayah tidak usah berterima kasih. Sudah sepatutnya aku membantu ayah," balas Baby merendah.
"Jangan jangan memujinya seperti itu. Atau dia akan besar kepala nantinya," ejek Hendar menggoda.
"Ayah! Dengar yang dia katakan. Aku selalu tidak suka dengan tingkahnya itu." Baby kembali merajuk.
Bagaikan kucing dan tikus. Hendar dan Baby tidak pernah akur dalam satu hal, tetapi bisa menutupinya dengan candaan masing-masing.
"Sudah. Jangan dilanjutkan, atau kalian akan bertengkar kembali," ucap Jayusman melerai perang dingin tersebut.
"Baik, ayah. Kami harus pulang, atau ibu akan cewas saat tahu kami tidak ada di rumah," kata Hendar.
"Benar ayah. Lagi pula sudah malam juga," setuju Baby.
"Besok kita akan bertemu lagi. Iya 'kan ayah?"
"Tentu. Omong-omong besok ayah akan pergi ke perusahaanmu, Hendar," imbuh Jayusman untuk Hendar.
"Tentu. Aku akan menunggu kedatangan ayah di kantorku."