Chereads / Belas Kasih Berujung Cinta / Chapter 2 - Kedatangan Natasha

Chapter 2 - Kedatangan Natasha

Betapa terkejutnya Bram saat rumahnya kedatangan art baru. ART baru itu bernama Natasha salah satu anak dari sahabat Papanya Bram waktu di desa. Kedatangan Natasha ke rumahnya ternyata atas dasar permintaan orang tuanya karena merasa iba melihat tinggal berdua dengan neneknya yang sudah renta. Sebagai tamu Natasha tidak mau diam seperti ratu. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Membersihkan pekerjaan rumah merupakan hal yang wajar dan tidak bisa diabaikan. Natasha yang tidak sengaja memasuki kamar Bram dengan tujuan membersihkan dianggap tidaklah sopan. Bram yang sedang berkemas merasa dibuat kaget kedatangan wanita asing masuk di kamarnya.

"Permisi Mas, ijin membersihkan kamarnya," ucap Natasha membuka sedikit cela pintu kamar.

"Kamu siapa? ke mana Simbok? kok bisa jadi ganti kamu?" tanya Bram alisnya dinaikkan sebelah.

"Saya Natasha, bekerja di sini menggantikan Bu Julah," jawab Natasha menunduk.

"Ooh... bagus. jangan lupa setelah dibersihkan tutup kembali pintu kamarnya." Bram menenteng jas berjalan menuruni anak tangga.

"Pagi Bram," sapa Orang tuanya.

"Pagi juga Pa," jawab Bram sembari meletakkan jas di kursi.

"Oh ya Pa, Ma, tadi itu siapa sih? pembantu baru di sini? kan udah ada sih mbak," celoteh Bram.

"Memang sudah ada mbak betul tapi Papa kasihan aja sama Natasha," sahut Papanya yang matanya sudah penuh dengan air mata.

"Loh ... kok kasihan? emang dia itu siapa kita sih?"

"Sudah sini duduk!" Papanya terlihat penuh dengan air mata di pelupuk matanya.

"Papa kok jadi sedih. Bram salah ya ngomong seperti itu?" Bram menekuk dahi.

"Kamu gak salah. Sebenarnya itu Natasha anak dari sahabat di desa dulu. Walaupun papa sekarang sudah jadi pengusaha sukses bukan berarti lupa asal Papa berada. Dulu antara Papa dan ayah Natasha pernah menjalin sahabat. Sebelum jadi pengusaha sukses Papa pernah usaha kecil-kecilan. Mulai berjualan koran, bantu-bantu di warung orang sampai berjualan daster pun Papa sudah lakoni semua. Suatu ketika Papa berkeinginan untuk merintis sebuah usaha cake & bakery tapi sayangnya saat itu Papa gak punya modal cukup. Tidak mungkin juga Papa minta sama kakek kamu. Buat sekolah aja susah. Nah di situ muncul sosok orang baik hati mau memberikan modal kepada Papa. Walau hanya sebesar 5 juta tapi dulu uang segitu nilainya sangat besar dan berarti." Papanya melepas kacamata.

"Siapa orang baik itu? sahabat Papa itu?" sela Bram.

"Betul. Orang baik itu sahabat Papa orang tua dari Natasha. Sayangnya Papa belum bisa membalas kebaikannya. Orangnya sudah keburu dipanggil yang maha kuasa," jawab Papa bibirnya bergetar.

"Sabar Pa. Jangan nangis lagi. Walau Papa belum bisa membalas almarhum secara material langsung tapi kita bisa bantu doakan. Semoga tenang di alam sana," sahut Bram merangkul Papanya.

"Gimana Bram, perempuan tadi cantik kan?" celetuk Papanya refleks di tengah dirinya lagi bersedih masih sempat bercanda.

"Apaan sih Pa?! mulai deh. Biasa aja tuh," jawab Bram.

"Benar nih? gak ada yang menarik sama sekali?" Papanya senyum-senyum sendiri.

Di saat keduanya menyinggung nama Natasha muncullah Natasha dari belakang.

"Pak, ruangan sudah saya sapu. kalau boleh tahu pekerjaan setelah ini apa ya Pak? biar Natasha selesaikan juga," kata Natasha.

"Udah, kamu mending istirahat dulu. Kamu pasti capek kan dari tadi bersih-bersih," sahut Papanya menoleh.

"Betul Natasha, ini di depan kamu sudah ada sarapan yang disajikan. Ayok kita sarapan bareng," imbuh Mamanya.

"Maaf gak usah Bu, sudah lihat saja saya sudah merasa kenyang. Saya permisi dulu mau bantu bibi di dapur."

"Kamu mau apa lagi? jangan buru-buru gitu. ini lho kamu tinggal duduk. Tante ambilkan." Mamanya Bram terus mendesak Natasha.

"Bram, Bram jadi cowok itu yang peka dikit. udah tahu ada cewek mau duduk malah tinggal diam," lontar Papanya menggelengkan kepala.

Bram menarik kursi di sebelahnya dan mempersilahkan Natasha duduk. Tidak itu juga Bram sempat melayani Natasha dengan cara menawarkan menu hidangan yang ada.

"Gini dong baru yang lihat adem. Papa berharap kalian berjodoh," celetuk Papa.

Ucapan Papanya membuat dirinya tersedak makanan. Natasha yang di sebelahnya malah dibuat grogi dan canggung.

"Biasa saja dong Bram. Gak usah grogi gitu. Papa cuman bilang siapa tahu kalian berjodoh," kata Papanya julid.

"Udah Pa, Bram berangkat ngantor dulu. Assalamualaikum Ma, Pa." Bram bersalaman sembari mengecup kening orang tuanya.

Bram yang sudah menuju ke depan rumah. Sudah ada sopir yang membukakan pintu mobil siap mengantarkan Bram ke kantor.

Natasha yang masih bengong selepas pembicaraan tadi ternyata kepergok sama orang tua Bram.

"Natasha, ayok dimakan lagi. Jangan ngelamun gitu. Gak baik anak gadis ngelamunnya pas makan," ucap Mamanya.

"Iya Tante."

"Natasha, nanti temenin Tante ya ke salon," ajak Mamanya Bram.

"Ma, Papa hari ini mau ada meeting ke Yogyakarta. Kalau Bram sudah pulang ntar suruh nyusul aja," ucap Papanya Bram yang ikutan meninggalkan meja makan.

"Iya Pa. Pokoknya fokus aja kerjanya. Jangan sampai telat makan," ucap Mamanya Bram romantis.

Sudah menjadi kewajiban lelaki berkerja di kantor. Di rumah hanya lah tinggal perempuan duduk santai menikmati hari. Berdiam diri menunggu sangatlah membosankan. Perawatan adalah surganya wanita. Mamanya dan Natasha hari ini akan melakukan perawatan tubuh. Natasha bingung harus memakai pakaian seperti apa. Hampir 15 menit dirinya mengobrak-abrik isi lemari.

"Natasha, ayok dong. Kamu lagi pilih baju ya," sontak Mamanya Bram matanya terbelalak saat melihat kamar Natasha berantakan.

"Hehehe... maaf ya Tante jadi nunggu lama." Natasha secepat kilat asal ngambil baju.

Salon langganan mama Bram bukan sembarang salon pada umumnya. Di sini hanya kalangan atas yang berhak menikmati kenyamanan dalam melakukan treatment. Banyak wanita sosialita yang sudah ngantri menunggu. Mamanya Bram dan Natasha turun dari mobil setelah dibukakan oleh sopir pribadi.

"Hey, jeng apa kabar? nampak bugar sekali," sapa Wanita berambut pirang yang biasa dipanggil Bu Sabila

"Kabar baik Jeng. Kamu sendiri gimana? kok sekarang jarang banget ikut arisan. Sesekali kumpul dong jangan transfer melulu." Mama Bram berpelukan cipika-cipiki.

"Iya nih Jeng lagi sibuk banget. Akhir-akhir ini suami kerjaan banyak belum lagi anak aku si Maura baru lahiran," ujar Bu Sabila.

"Wuih... hebat kamu Jeng masih mudah udah dipanggil Nenda alias nenek muda," sahut Mama Ballerina.

"Iya Jeng. Nyusul dong Jeng. Suruh si Bram nikah biar situ bisa cepat-cepat ngerasain menimang cucu," goda Bu Sabila.

"Hmmm... but the way di sebelah kamu siapa Jeng? cantik banget. calon menantu ya? kenalin dong," colek Bu Sabila.

"Hehehe, doain aja ya Jeng."