Chereads / THE QUEEN SEOHYEONG / Chapter 9 - Page 8 : Arogansi Sang Selir

Chapter 9 - Page 8 : Arogansi Sang Selir

Ratu Heo dan rombongan dayangnya dalam perjalanan kembali dari dapur istana. Sang Ratu muda baru saja selesai melakukan inspeksi terhadap kesiapan dapur istana menghadapi jamuan negara yang akan dilaksanakan beberapa minggu lagi. Ratu Heo tak ingin jamuan besar yang diadakan Raja Uiyang untuk para utusan Joseon yang baru kembali dari Qing, berantakan hanya karena kurang kesiapan di dapur istana.

Matahari masih belum terlalu tinggi, ketika Ratu Heo melintasi area istana utama saat matanya menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya. Refleks, Ratu Heo menghentikan langkahnya dan memfokuskan perhatiannya pada dua orang pejabat negara yang keduanya mengenakan jubah pejabat istana junior berwarna biru. Wajah salah satu dari kedua pejabat junior itu terasa begitu familiar dalam ingatan Ratu Heo.

"Jungjeon Mama, apa ada sesuatu yang mengganggu Anda ?"

Pertanyaan Dayang Choi membuat perhatian Ratu Heo beralih. Ratu Heo menolehkan wajahnya dan menemukan Dayang Choi tengah menatapnya dengan tatapan heran.

"Dayang Choi, kedua pejabat itu... apa kau mengenali mereka?" Ratu Heo bertanya pada Dayang Choi dengan mata hitamnya tertuju sepenuhnya kembali pada dua pejabat junior yang masih sibuk berdiskusi tak jauh dari tempatnya berdiri. "Apa pertemuan Dewan Istana pagi ini sudah di mulai?" lanjut Sang Ratu.

Dayang Choi mengangkat wajahnya untuk memperhatikan dua pejabat junior yang ditanyakan Sang Ratu. Mata tua Dayang Choi menyipit berusaha mengenali dua pejabat junior tersebut, hingga akhirnya menjawab pertanyaan yang diajukan Sang Ratu padanya.

"Menjawab pertanyaan Anda, Pertemuan Dewan Istana belum di mulai. Mengenai dua pejabat junior tersebut, hamba tak mengenali kedua pejabat tersebut. Mohon maafkan hamba, Jungjeon Mama," jawab Dayang Choi sambil membungkukkan tubuhnya dihadapan Ratu Heo.

Ratu Heo mengangguk singkat mendengar balasan Dayang Choi. Rasa penasaran yang dirasakan Sang Ratu semakin kuat. Wanita itu mengarahkan langkahnya mendekati dua pejabat junior tersebut.

Percakapan kedua pejabat junior tersebut terhenti saat menyadari ada seseorang yang datang melangkah. Betapa terkejutnya kedua pejabat tersebut saat mengetahui Ratu Heo mendekati mereka. Segera saja keduanya memberi salam sambil menundukkan wajah mereka.

"Sepertinya kedatanganku mengganggu kalian berdua. Apa benar begitu, Naeuri ?" sapa Ratu Heo dengan nada suara yang terdengar ramah.

"Kedatangan Anda sama sekali tak mengganggu kami, Jungjeon Mama. Mohon maafkan kami yang begitu lancang tak menyadari kehadiran Anda," jawab salah satu pejabat junior tersebut.

"Aku tak mempersalahkan hal itu. hanya saja, wajah salah satu dari kalian entah kenapa seperti familiar bagiku. Bisakah kalian memperkenalkan diri?" tanya Ratu Heo dengan nada yang tak ingin dibantah.

"Hamba pejabat junior yang bertugas di kantor sensor istana, hamba Park Yun Jung."

Ratu Heo menganggukkan kepalanya mendengar perkenalan yang diberikan seorang pejabat junior tersebut. Perhatian Ratu Heo kini tertuju pada pejabat junior lainnya yang sejak tadi entah kenapa perawakannya begitu familiar bagi Sang Ratu.

"Hamba pejabat junior yang juga bertugas di kantor sensor istana, hamba Han Nam Il," jawab Nam Il sembari mengangkat sedikit wajahnya untuk menatap wajah Ratu Heo yang begitu terkejut melihat dirinya di istana.

~TQS~

Dua cawan teh terlihat masih mengepulkan uap panas. Ratu Heo menyodorkan salah satu cawan teh tersebut pada seorang pria yang mengenakan jubah pejabat junior istana. Setelah melalui beberapa bulan yang begitu berat tinggal di istana, hari ini Ratu Heo bisa kembali memasang senyuman di wajah cantiknya.

Ratu Heo tak bisa menahan rasa bahagia yang membuncah di hatinya karena tak sengaja bertemu dengan sahabatnya sejak kecil, Han Nam Il, yang kini telah menjadi seorang pejabat istana. Tak sedikitpun senyuman pudar di wajah cantik Sang Ratu.

"Lama tak berjumpa denganmu, Orabeoni. Aku tak menyangka akhirnya kau akan menjadi seorang pejabat istana," ucap Ratu Heo berusaha membuka topik pembicaraan dengan Han Nam Il.

Han Nam Il menyunggingkan senyuman di wajahnya mendengar Ratu Heo memanggilnya dengan sebutan Orabeoni. Nam Il berusaha menjaga sikapnya tak peduli betapa dekatnya mereka sebelum Heo Jung Eun masuk istana. Meskipun begitu, Nam Il tak menampik jika ia pun merasa senang akhirnya bisa bertemu dengan Heo Jung Eun yang telah menjadi seorang ratu.

"Saya merasa tersanjung Anda masih mengenali saya, Jungjeon Mama."

"Aigoo, kenapa kau begitu formal padaku, Orabeoni? Orabeoni masih bisa berbicara santai denganku seperti dulu."

Nam Il tersenyum simpul seraya menggelengkan kepalanya. "Saya tidak akan berani bersikap tak sopan pada Anda, Jungjeon Mama. Lagi pula, saat ini status Anda sudah jauh lebih tinggi di bandingkan saya. Saya tak mungkin bersikap lancang pada ibu negara ini."

Rasa sedih mengaliri hati Ratu Heo mendengar balasan yang diberikan Nam Il padanya. Hanya karena status yang dimilikinya, ia dan Nam Il tak bisa lagi berbicara dengan santai. Ratu Heo menghela napas panjang. Ia tahu, ia tak bisa memaksa kehendaknya agar Nam Il berbicara santai padanya, hal itu akan membahayakan nasib pria muda di depannya, karena akan dianggap tak menghormati dirinya yang berstatus sebagai seorang Ratu.

Terjadi keheningan beberapa saat diantara mereka berdua. Keduanya terlihat bingung membuka topik percakapan setelah sekian lama tak bertemu. Baik Ratu Heo maupun Han Nam Il, keduanya seakan sibuk dengan pikiran mereka masing – masing. Hingga suara Dayang Choi menginterupsi keheningan yang terjadi diantara mereka.

"Jungjeon Mama, mohon maafkan hamba. Ada sesuatu yang harus hamba sampaikan."

Perhatian Ratu Heo kini beralih pada Dayang Choi. Sebelah alis Ratu Heo terangkat tinggi melihat ekspresi Dayang Choi yang terlihat gelisah. "Apa terjadi sesuatu?"

Dayang Choi melangkah lebih dekat pada Ratu Heo. tubuh dayang tersebut sedikit menunduk untuk membisikkan sesuatu pada Sang Ratu. Ratu Heo mendengarkan dengan seksama berita yang ia dapatkan dari Dayang Choi. Ekspresi tenang di wajah Ratu Heo dengan cepat berubah setelah mendapatkan berita tersebut. Ratu Heo entah kenapa terlihat begitu kesal. Dengan cepat, wanita berdangui merah tersebut beranjak dari duduknya.

"Orabeoni, aku minta maaf karena ada sesuatu yang harus kuselesaikan. Orabeoni bisa tinggal di sini untuk menikmati teh jeruk yang sudah kuhidangkan. Aku harap bisa sering bertemu denganmu, Orabeoni."

Tanpa menunggu jawaban Nam Il, Ratu Heo membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi. Han Nam Il menyaksikan kepergian Ratu Heo dalam diam. Han Nam Il tak melepaskan pandangannya dari Ratu Heo dan rombongan pelayannya yang terus menjauhi dirinya.

Ada rasa tak rela yang merayapi hati Nam Il melihat punggung Jung Eun yang terus menjauh. Tapi, secepat itu juga, Nam Il sadar, Jung Eun bukanlah seseorang yang bisa ia gapai. Wanita itu telah menjadi milik Raja. Nam Il menghela napas panjang dan kemudian beranjak pergi, tanpa sedikitpun menyentuh teh yang telah disajikan.

~TQS~

PLAK

"Berani – beraninya, selir rendah sepertimu bersikap begitu angkuh padaku yang statusnya lebih tinggi!"

Selir Hong memberikan tatapan tajamnya pada Selir Yoon yang tersungkur ke tanah setelah ia tampar sebelumnya. Tidak puas melihat Selir Yoon jatuh, Selir Hong kembali memberikan beberapa tamparan. Bahkan Selir Hong tak segan menjambak rambut Selir Yoon hingga wanita yang lebih muda dari Selir Hong itu menjerit kesakitan.

"Dasar jalang! Berani sekali kau membicarakanku di belakang!" geram Selir Hong yang kini mulai menarik paksa bagian depan dangui yang dikenakan Selir Yoon.

"Mama, So Ui Mama, ini tidak seperti yang Anda pikirkan. Aku tidak membicarakan Anda. Aku mohon, So Ui Mama, tolong jangan seperti ini," ujar Selir Yoon terisak sambil berusaha menahan agar tangan Selir Hong tak sampai melepas simpul pita dangui yang ia kenakan.

Selir Hong tak mempedulikan isak tangis Selir Yoon di depannya. Wanita itu sangat marah saat mendengar Selir Yoon sedang menggosipkan dirinya pada para pelayan istana. Begitu prosesi salam pagi selesai dilaksanakan, Selir Hong yang diberikan kelonggaran karena kondisinya yang sedang hamil, menunggu kedatangan Selir Yoon di kediamannya. Begitu Selir Yoon dan rombongan pelayan memasuki area kediamannya, Selir Hong tak bisa menahan amarahnya dan segera menampar wanita muda yang mengatainya sebagai seorang perempuan murahan.

"Kau pikir kau lebih baik dariku, hah?! Setidaknya aku terlahir sebagai seorang putri bangsawan! Bukan kau yang lahir dari rahim selir seorang tuan bangsawan! Kau justru yang lebih rendah dariku!"

Selir Hong masih terus mengeluarkan amarahnya pada Selir Yoon. Tak ketinggalan, tangan wanita itu terus menampar wajah Selir Yoon, tak peduli jika kini sudut bibir Selir Yoon sudah mengeluarkan darah dan menangis memohon ampun padanya.

Sementara itu, para dayang hanya bisa berdiri ketakutan menyaksikan kejadian tersebut. mereka tak berani memisahkan Selir Hong yang terus menganiaya Selir Yoon. Tanpa ada yang sadar, sejak tadi Ratu Heo berdiri menyaksikan tindakan Selir Hong yang begitu brutal pada Selir Yoon.

Manik hitam Ratu Heo memperlihatkan sorot dingin yang menakutkan. Sang Ratu begitu marah melihat tingkah Selir Hong yang begitu semena – mena hanya karena kondisinya yang sedang hamil. Tangan Sang Ratu yang tersembunyi di balik dangui merahnya tampak mengepal dengan kuat.

"Kau wanita jalang pantas mendapatkan semua ini dariku!" geram Selir Hong.

"Apa yang sedang terjadi disini?!"

Sebuah suara yang begitu dingin menginterupsi tindakan Selir Hong yang hendak kembali memberikan tamparannya pada Selir Yoon. Tangan Selir Hong terhenti di udara setelah mendengar sebuah pertanyaan mengganggu dirinya. Wanita yang tengah berbadan dua itu menoleh dan menemukan Sang Ratu menatap tajam padanya.