Pintu kantor itu terbuka disaat yang sama dengan terbukanya pintu ruangan Devano. Laki-laki itu otomatis melihat ke arah pintu masuk kantor divisi perencanaan, dan terbukti sudah bahwa Ashlea bukan sembarang wanita.
Baru kemarin Devano liat wajah pucat dan tak berdaya gadis itu, kini Ashlea sudah masuk dengan warna bibir yang cerah, jelas dia mengoleskan pewarna di bibirnya, mungkin untuk menutupi warna pucat bekas semalam.
Seperti yang mereka rencanakan, kejadian semalam itu sama sekali tidak pernah terjadi. Tak ada Devano yang memasak di rumah Ashlea dan tak ada Ashlea yang makan masakan Devano dengan lahap. Semua itu anggaplah hanya ilusi yang tidak akan pernah terjadi, ilusi yang dirasakan oleh jiwa Ashlea yang merindukan sosok kasihnya, Defansa.
"Ashlea, kau sakit kemarin?"