"Aku rasa—" ucapan Halimatus terhenti.
"Kau rasa ... Kak Ale ada rasa kepadaku, 'kan? Aku sudah tahu itu, kok!" seru Lintang benar menebaknya. Lintang menghela napas panjang. "Hm, itu kenapa aku menghindarinya saat ini," lanjutnya.
Pengakuan Lintang itu membuat Halimatus terdiam aeketika. Sebab, memang tak ada lagi kata yang bisa terucap dari bibirnya. Melihat sahabatnya yang tidak mungkin jika ia akan berkhianat dengan suaminya, Halimatus tersenyum menatap Lintang.
Sore hari, mereka baru sampai di rumah. Jalan-jalan kali itu memang tidak seindah apa yang sudah mereka bayangkan. Karena lelah, Lintang pun pamit segera pulang ke rumah tampan mengantar Halimatus ke pesantren.
"Aku langsung pulang, ya. Entah kenapa, kok, tiba-tiba berasa lelahnya double kek gini," ujar Lintang.
Halimatus mengangguk pelan. "Hati-hati kamu, ya. Um, mau aku antar?" Usulnya.
