Beberapa waktu lalu, ketika Aufar sedang sibuk membantu membereskan kursi dan meja. Malah Lintang sibuk bermain angkong dengan Farhan, ustadz konyol ini memang selalu saja membuat Lintang bahagia. Datanglah Fatim, sang calon kakak ipar sepupu.
"Suamimu itu lembut, ya, Lin. Terlihat sangat penyayang juga. Sama persis seperti ustadz Haikal, ayahmu. Bahkan, ilmu agamanya juga lebih tinggi dari ustadz Roman. Lalu, hadiah apa yang kau berikan kepada suamimu itu?" tanya Fatim.
"Hadiah? Harus gitu hadiahnya? Aku harus kasih ustadz Aufar hadiah?" sahut Lintang.
"Astaghfirullah, ini anak. Maksudnya hadiah itu ... Kamu sudah pernah memberikan apa untuk suamimu? Kejutan dalam setiap harinya atau nafkah batin yang—" ucapan Fatim terhenti dan seharusnya Lintang paham.
"Harus, ya? Lha wong, ustadz Aufar saja ndak pernah minta kok!" seru Lintang dengan polos.