"Asyik, makasih Umiku tersayang. Aku sayang banget deh sama Umiku yang cantik ini. Tahu sendiri, kan, Ibu mah pelit. Jadi, lain kali jika Lintang mau apa saja, Lintang bisa minta ke Umi saja dulu," celetuk Lintang memeluk Umi Husna.
"Umi mah gitu. Aku mendidik dia sudah bener-bener, Umi malah menggagalkan didikan itu. Nanti kalau anak ini keterusan bagaimana, Umi? Shidqia saja dulu tidak seperti ini," kesal Amanda.
"Ih, ibu! Biarin saja! Aku, kan, jadi enak kalau dimanja oleh Umi!" seru Lintang.
"Lintang, kamu jangan seperti itu, dong. Kamu juga harus jaga sikap, jangan karena kamu disini calon—"Sebelum Haikal melanjutkan pembicaraannya, Lintang langsung menutupi mulut ayahnya itu.
"Stt .... jangan keras-keras, napa! Ini masih rahasia, Ayah. Aku tidak mau jadi pusat perhatian di pesantren ini. Pokoknya aku janji, aku akan berubah demi Ayah dan Ibu!" bisik Lintang masih dengan menutup mulut Ayahnya.