Kala itu, Endin sedang duduk sendirian di pinggir jalanan, ia bertemu dengan Aida. Aida yang pernah berbuat jahat bersama. Mereka berdua benar-benar terlihat sangat mirip karena masih memiliki sikap jahat. Miripnya, wajah yang selalu terlihat gelisah, selalu komat-kamit mulutnya karena terus bicara sendiri, dan juga selalu menunduk ketika jalan karena bingung.
"Aduh, kakinya, loh, kak! Bisa nggak kalau duduk itu, jangan selonjoran gitu!" terus Aida, yang hampir terjatuh karena kaki Endin yang tegak lurus.
"Hash, kamu yang—Aida?" Endin melihat wajah Aida. "Kamu ngapain di sini? Bukankah kamu dihukum oleh orang tuamu? Ini belum genap setahun, kenapa kamu bisa bebas?" tanyanya.
"Sialan, kenapa aku harus bertemu dengan dia?" Batin Aida. "Ck, suka hatiku lah mau gimana. Kamu juga ngapain di kota ini? Menyebalkan sekali bertemu denganmu," ucap Aida dengan ketus.