"Nia?"
"Apa benar itu Nia?"
"Benar saja itu adalah Nia. Di sampingnya itu adalah Devan, pria yang telah merebut Nia dariku,"
"Kamu semakin cantik saja. Hmm … Aku jadi semakin penasaran denganmu. Dendamku tidak akan pernah pudar sampai aku belum mendapatkan apa yang aku inginkan. Nia tunggu aku datang__"
Endin rupanya belum berubah sama sekali. Dia masih saja memiliki otak kotor untuk mendapatkan cinta dari seseorang yang memiliki jenis kelamin yang sama. Malahan penyakit menyimpangnya semakin parah. Baru putus dengan pacar perempuannya. Hidup di luar malah semakin membuat Endin semakin liar.
"Kak, nanti kalau sudah mulai masuk kuliah, lebih baik soal makan semuanya aku aja yang handle. Boros juga kalau kita jajan di luar seperti ini," ucap Nia.
"Jika kamu tidak merasa direpotkan, aku mah ikut aja apa yang kamu mau," jawab Devan.
"Terima kasih ya kak Devan udah baik banget sama aku. Dari dulu aku jadi tidak enak hati sama Kak Devan karena terus direpotin," sahut Nia.
