Maureen terus memiliki ke arah Lintang yang ada di sana. Dia terasa ingin sekali bicara dengan Lintang, tetapi masih canggung. Lintang yang sadar dengan lirikan Maureen pun menegurnya.
"Lirikan matamu, menarik sapi, oh senyumanmu seram sekali. Sehingga membuat, aku ketakutan. Na-na-na-na—" Lintang melirik sembari berdendang.
"Kalau ada yang ingin dikatakan, ya, katakan saja. Ngapain cuma lirik-lirik, gitu? Naksir sama aku!" imbuh Lintang dengan menaikkan alisnya.
Maureen tahu betul jika Lintang sering sekali bersikap tidak serius. Tapi, malah Maureen menganggapnya serius. "Biasa saja kali. Ih,, gue normal, ye. Gue hanya pendamba cogan dalam hidup gue. Garis keras mengidamkan pria tampan. Cih, ngapain juga gue naksir ame lu!" jawab Maureen ketus.
"Heh, kamu kalau jutek terus gitu. Yang ada nggak laku tau," Lintang masih saja menggoda Maureen.