Di tempat lain, Bintang sedang mencoba menulis surat lagi untuk orang rumah dan saudari kembarnya. Entah kenapa yang sangat ia rindukan adalah Lintang, Bintang memang merasakan ada beberapa perasaan yang mengganjal di hati tentang Lintang. Ketatnya asrama itu, tidak boleh membawa ponsel jika memang tidak sedang mendesak.
"Sedang apa, sih?" tanya Raditya.
"Kirim surat," jawab Bintang.
"Untuk?" tanya Raditya lagi.
"Siapa lagi kalau bukan Ibu dan saudari kembarku yang nakal itu," jawab Bintang lagi.
"Owalah, gitu. Oh, iya ... Heheh, aku nitip, ya kalau mau kirim itu surat, hehehe. Aku malas keluar nih. Nitip yaaa—" terlihat Raditya sedang memohon dengan manja.