Melihat Aufar sedang masuk, Lintang pun memberi senyuman manis kepadanya. Senyum yang memang lain ada maksudnya.
"Assallamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh, semua. Ini, Lintang! Ini nasi padang pesanan kamu," ucap Aufar memberikan nasi padang itu kepada saudara Lintang.
"Wa'alaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh."
"Terima kasih, ya, ustadz Aufar. Ih, ustadz mah selalu baik deh!" sanjung Lintang.
"Soal perjodohan itu ... enaknya kamu mau bagaimana, Lintang? Em, jika ini berdampak bagi ketenangan di pesantren, apa sebaiknya kita batalkan saja?" Aufar mengatakan itu dengan berat hati, karena dalam hatinya dia juga tidak ingin perjodohan itu sampai batal.
"Enak saja!" seru Lintang dengan wajahnya yang menyebalkan. "Ya, jangan dong! Kita nikah saja secepatnya, bagaimana? Malah lebih aman, 'kan?" lanjutnya.
"LINTANG!" Bintang dan sepupunya menatap Lintang dengan penuh keheranan dan tidak paham lagi dengan kemauan Lintang itu.