Ketika pulang, tidak sengaja Lintang bertemu dengan Aufar. Awalnya Aufar ingin menegur calon istrinya itu yang sedari tadi makan sambil berjalan. Entah kenapa jika di depan Lintang, Aufar tidak bisa galak maupun tegas seperti kepada santri atau santriwati lainnya.
"Kenapa jika sedang bersama Lintang, aku tidak bisa seperti dengan santri lain. Mau bilang jangan makan sambil berjalan saja, susah MasyaAllah seperti ini. Astaghfirullah hal'adzim__" ucap Aufar dalam hati.
"Assallamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh, ustadz. Eh, ada apa?" sapa Lintang.
"Wa-wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh. Em itu— kamu bisa tidak. Kalau sedang ma—" Aufar malah menundukkan kepalanya.
"Jangan apa? Sedang apa? Kenapa, sih? Kenapa malah jadi nunduk? Hm, ya sudahlah. Aku berpaling badan saja deh, biar enak bicaranya. Cepat katakan ada apa?" Lintang membalikkan badannya. Sungguh paham akan situasi.