Malam itu, Lintang jadi tidak bisa tidur. Dia hanya menggulingkan badannya ke kanan dan ke kiri. Bahkan sampai kepalanya ada dibawah lalu kakinya naik ke atas.
"Lintang, kamu kenapa, sih? Tau tidak—" ucapan Nadia belum selesai.
"Nggak!" sahut Lintang menyela ucapan Nadia.
"Huh, entah kenapa aku masih bosen mendengar anak kedua Kyai besar itu. Kek, mana pula tampangnya yang katanya tampan itu? Setampan apakah dia itu?" sambung Lintang masih kepikiran.
Tiba-tiba, Lintang beranjak dari ranjangnya dan berjalan keluar.
"Kamu mau kemana?" tanya Nadia.
"Belum tidur kamu? Aku mau cari udara seger dulu. Mau ikut?" ajak Lintang.
"Gas!!" sahut Nadia semangat.
Lintang dan Nadia mengendap-endap keluar dari kamar mereka. Lintang berencana untuk nangkring lagi di atas pohon sesuai dengan kebiasaannya yang sering nangkring pohon dikala ia sedang pusing. Nadia ternyata juga pandai manjat pohon, sama seperti Lintang.