"Ibu ngomong apa, sih?" Julu masih berharap, jika semua itu hanyalah mimpi belaka.
Akan tetapi, tidak! Itu bukan mimpi semata, melainkan kenyataan pahit yang July akan jalani dengan terpaksa menikahi pria yang belum pernah ia temui, maupun ia kenal.
"Aku tetap akan menikah. Setelah ini, mari kita ke kantor urusan agama untuk mengurus semuanya," ajak July.
July menarik nafas dalam-dalam, lalu mengatakan bahwa dirinya siap menikah dengan putra Nyonya Fahira.
"Kamu yakin?" tanya Marwiyah. "Ibu hanya tidak mau, jika kamu berubah pikiran saat acaranya sudah dekat," imbuhnya.
"Bismillah. Tapi sebelumnya … bisakah Ibu mempertemukan aku, atau memberikan kontak Pria itu kepadaku? Aku hanya ingin mengenalnya sebelum menikah," pinta July dengan lirih.