Hiks ... hiks ...
Nia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Semua orang menjadi tahu tentang dirinya. Nia teringat dengan Bagas yang selalu memperlakukan dirinya baik. Nia juga sempat menerima surat dari Bagas tentang permintaan maafnya karena telah menyakiti hatinya.
Siksaan yang Bagas lakukan terhadap Nia membuat Nia benar-benar sudah tidak mau lagi menerima pria manapun dalam hidupnya. Hanya Amanda dan anak dalam kandungannya yang membuatnya kuat sampai di titik itu.
Nia mengambil napas dalam-dalam. Mengeluarkan secara perlahan. Istighfar terus menerus sampai membuatnya jauh lebih tenang. Saat sudah merasa jauh lebih baik, barulah Nia keluar dari toilet.
Terkejut, ketika pria yang sebelumnya membela sudah mondar-mandir di depan pintu toilet perempuan. "Allahu Akbar!" seru Nia.
"Kamu sudah selesai? Apa kamu baik-baik saja? Bisakah aku membantumu?" pria itu terus bertanya. Tapi, Nia hanya diam saja menatap sesekali pria tinggi berbadan tegak gagah dan berkulit putih bersih.