Chereads / Marriage Destined From Childhood Rival / Chapter 3 - Apa Yang Terjadi?

Chapter 3 - Apa Yang Terjadi?

Sudah dua hari semenjak kamarahan Bagas padanya yang tanpa alasan. Bella sampai hari ini belum mendapat petunjuk tentang alasan kemarahan Bagas waktu itu. Dan sepertinya Bagas benar-benar marah padanya karena Bella bahkan bisa merasakan Bagas tampak menghindarinya selama dua hari terakhir ini dengan sengaja.

Bagas juga akhir-akhir ini tampak cukup kesusahan dengan rumornya dengan Laura. Rumor ini menjadi berita utama semua tabloid, majalah hiburan, dan forum.

Kebetulan hari ini adalah pertemuan eksekutif bulanan dan seperti biasanya, Nenek ketua Smith Group juga hadir.

Pertemuan itu sudah berlangsung selama dua jam, dan Bella sendiri masih menunggu di luar ruangan sambil mondar mandir di depan jendela. Di depan jendela berlapis kaca itu, matanya yang sempurna bersinar jernih bak kristal. Namun kecemasan terlihat jelas di matanya.

Bella melirik arlojinya dan ekspresi cemas di matanya menjadi semakin kuat.

"Sekarang sudah jam enam sore, dan mereka masih belum keluar?" Dia bergumam pelan dan mengangkat kepalanya lagi ke arah ruang konferensi.

Bella masih mondar mandir di depan sana. pakaian kerja untuk karyawan wanita di Smith Group adalah pakaian yang formal. Dengan kemaja putih, rok hitam dan sepasang sepatu hak tinggi lima inci, itu membuat tubuh Bella terlihat semakin menawan dan tegas. sebenarnya Bella memiliki sisi pandangan untuk terlihat seperti seorang CEO wanita.

Beberapa menit kemudian, pintu ruangan itu akhirnya terbuka dan Bella langsung terlihat sangat kegirangan. Senyum dengan jelas terpapar di wajahnya dan matanya ikut memancarkan sinar kebahagiaan.

Pada saat itu, seorang wanita tua yang berusia hampir tujuh pulahan tahun, keluar lebih dulu. Dia mengenakan gaun biru muda yang ikut dihiasi oleh kalung mutiara di lehernya. Dia memiliki perawakan yang sangat anggun dan tenang. Wanita tua itu berjalan menuju Bella dan menatapnya dengan tatapan tajam.

Bella bergidik ngeri melihat itu, namun dia masih bisa memahi situasinya jadi dia tersenyum dan langsung menyapa.

"Nenek Ketua."

Wanita tua itu mengerutkan kening dan menghela napas berat. "Bella, bisakah kamu membantunya agar lebih bisa mengendalikan diri? Jika seperti ini terus, lama-lama aku tidak bisa menjamin bagaimana penilaian para dewan direksi tentangnya."

Mendengar itu, Bella langsung menjadi bungkam. Bagaimana mungkin dia bisa membantu dalam hal itu? Dia hanya seorang sekretaris di sini, apalagi di mata Bagas, dia tidak lebih dari musuhnya.

Bella tampak hati-hati saat menjawab. "Presdir Bagas pasti tahu apa yang harus dia lakukan dan yang tidak seharusnya dia lakukan."

Wanita tua itu tampak semakin kesal dengan jawaban Bella. Wanita tua itu menjawab dengan marah. "Dia sama sekali tidak tahu. dia itu sangat tidak peduli dengan kesulitan orang lain... Hari ini dia berpacaran dengan seorang artis, besok dengan seorang model... Begitu saja seterusnya."

Bibir Bella sedikit berkedut mendengar itu.

Benar. Semua wanita yang Bagas pacari adalah seorang wanita dengan status populer seperti itu.

Bella menepuk punggunng wanita tua itu untuk menenangkan dan menghiburnya. "Nenek Ketua, tenanglah. Ini membuktikan bahwa Presdir kita sangat tampan dan menarik. Kamu seharusnya bahagia dengan itu."

Bella lekas menyelesaikan kalimatnya dan menutup mulutnya kuat-kuat. Dia sendiri hampir tidak bisa menahan tawanya saat mengatakan kalimat itu.

"Ayo berhenti membicarakannya, aku akan semakin pusing." Wanita tua itu melambaikan tangannya untuk mengganti topik pembicaraan.

"Malam ini mampirlah ke rumah, aku belajar membuat beberapa hidangan baru. Kamu harus mencobanya." Dia menatap Bella dengan tersenyum ramah. Bella balas tersenyum dengan menggangguk antusias.

Setelahnya, beberapa orang terlihat mulai keluar dari ruangan tadi lagi, dan ekspresi wanita tua itu menjadi semakin kesal saat dia melihat orang yang berada di barisan terdepan.

"Presdir." Bella menyapa dengan sopan.

Bagas menatap Bella dengan eksresi yang tidak jauh berbeda dari dua hari yang lalu. dia seolah masih ingin membunuh gadis itu.

Karena menyadari tatapan tidak bersahabat Bagas, wanita tua yang berada di depan Bella mengangkat kepalanya dan menatap tajam ke arah cucunya itu.

"Kenapa kamu menatap Bella seperti itu?"

Bagas mengalihkan tatapannya dari Bella ke neneknya. Ekspresinya yang dingin berubah dengan sedikit tersenyum. "Nenek, jangan terlalu sering mengamuk seperti itu, tidak baik untuk usiamu. Nenek terlihat seperti beruang betina."

Setelah mendengar itu, wanita tua itu mengangkat tangannya dan memukul pundak Bagas dengan keras. "Kamu bahkan tidak bisa menghormati orang tua." Melihat Bagas yang malah melebarkan senyumnya, wanita tua itu menghela napas lagi. "Aku benar-benar akan semakin cepat menua jika terus melihatmu. Aku harus segera pergi."

Setelah menyaksikan wanita tua itu pergi. Bella beralih menatap Bagas.

"Presdir, Nona Laura menelepon, katanya dia menunggu anda di tempat biasa."

Tempat yang biasa … sebenarnya itu terdengar sangat ambigu.

Bagas menatap Bella dengan ekspresi semula. "Bella, saat jam kerja, laporkan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaanku saja!" Setelah mengatakan itu, Bagas berjalan ke arah kantornya.

"Baik." Bella lekas mengekori Bagas. "Malam ini anda memiliki janji makan malam dengan Ketua Faiz, jam delapan malam."

"Delapan malam?" Bagas terdengar kesal. dia menghentikan langkahnya dan menoleh pada Bella. Tetapi karena Bella saat itu hanya fokus dengan folder jadwal Bagas yang berada di tangannya, dia tidak memperhatikan Bagas yang telah berhenti di jalannya.

Dan akhirnya dirinya menabrak Bagas. Tabrakannya cukup keras hingga membuat hidungnya berkedut. Dan tanpa peringatan, air matanya jatuh begitu saja.

Bella bukan orang yang rapuh atau lemah yang sangat mudah menangis. Hanya saja rasa sakit pada hidungnya sekarang ini benar-benar menyakitkan.

Bagas akhirnya terkekeh. Sejak sebulan ini, rasanya ini adalah kali pertama Bagas tersenyum padanya seperti itu.

"Kamu masih tetap ceroboh seperti biasanya." Bagas mengulurkan ujung jarinya dan mengelus lembut mengikuti batang hidung Bella yang runcing.

Dia ingin mengejek Bella lagi, namun melihat mata Bella yang merah dan air mata yang mengalir di pipinya, Bella terlihat semakin cantik di mata Bagas dan sedetik kemudian Bagas kembali di penuhi perasaan yang bahkan dirinya tidak mengerti.

Bagas menarik tengkuk Bella dengan lembut dan mendekatkan Bella ke dirinya dalam satu sentakan, hanya butuh satu gerakan lagi maka mereka akan menempelkan bibir mereka satu sama lain. Dan sepertinya Bagas sedang berniat melakukan itu.

Bella tentu kaget, dia yakin ada yang salah dan jika dia tetap diam maka akan ada yang salah yang akan terjadi di antara mereka berdua, jadi Bella lekas mendorong Bagas menjauh. Karena dorongan Bella cukup kuat, Bagas kembali tersadar.

Apa itu? Barusan ... apa dia benar-benar memiliki niat untuk melakukan 'itu' dengan gadis bodoh ini? Bagas tertegun oleh dirinya sendiri. Apa yang telah terjadi pada dirinya sendiri akhir-akhir ini?

Karena suasananya jadi canggung, Dia mengarahkan tangannya ke arah hidung Bella lagi dan mencubitnya dengan keras seolah-olah Bagas sedang berusaha untuk menambah rasa sakit di sana. Bagas berkata dengan dingin, "Kebodohanmu juga tidak berubah."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Bagas memutar matanya dan berbalik untuk pergi.

Bella padahal sudah mencoba yang terbaik untuk menekan rasa sakit di hidungnya namun Bagas menambah kekesalannya, Bella sangat ingin berteriak keras-keras! Namun Bella saat itu hanya menggosok hidungnya dengan lembut dan menatap tajam pada punggung Bagas yang angkuh itu.

Hampir tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan saat ini ketika Bagas membuatnya kesal, tidak seperti di masa lalu di mana dia bisa sesuka hati mengajari Bagas sopan santun jika dia mau.

Hidupnya yang sekarang ini dipenuhi dengan kebencian, Bella hampir sudah tidak bisa menahan diri.

Setelah beberapa saat, Bagas menyadari bahwa Bella tidak mengikutinya. Dia berhenti dan berbalik. "Kenapa kamu masih berdiri di sana? Apa otakmu terjatuh di lantai? "

Bella mengumpat dalam hati. Dia melupakan soal hidungnya dan berjalan dengan murung menuju Bagas.

Bagas dan Bella adalah contoh terbaik dari permusuhan 'kucing dan tikus'

Ketika mereka masih kanak-kanak dulu, Bella sebenarnya lebih tinggi dari Bagas. Dia bahkan telah belajar beberapa teknik seni bela diri di sekolah, karena itu, Bagas sama sekali bukan apa-apa untuknya, dulu. Adapun hasil akademik, Bagas pun selalu membuntuti Bella di belakang.

Semuanya tetap stabil seperti itu, Bella selalu terdepan, dan Bagas selalu terbelakang. Namun itu hanya sampai mereka berada di tahun pertama SMA.

Sejak saat itu, seolah-olah Bagas menggunakan roket. Dia mendadak melonjak dengan kecepatan yang mengkhawatirkan dan hasil akademisnya bahkan melampaui Bella.