"Anxel, di sini ada banyak kamar. Mereka masuk ke ruangan yang mana?"
"Mana aku tahu Amira, orang sedari tadi kita jalannya barengan," jawabnya.
"Oh, mungkin yang ini kali, ya?"
"Jangan sembarangan masuk, kalau sampai salah bisa malu kita. Pulang aja yuk," ajaknya.
"Anxel, dia itu sahabat kita. Gimana kalau kenapa-kenapa. Kalau kamu gak mau ikut, ya sudah. Pulang saja sendiri."
Ceklek.
"Juna," panggilnya.
Padahal Amira sudah sangat yakin, sayangnya mereka salah orang.
"Maaf, tadi dikira ini kamar sahabat kami," ucap Anxel membawa istrinya kembali keluar.
"Aku yakin banget Anxel, pasti gak jauh dari kamar ini, atau mungkin yang itu?" Amira menunjuk kamar sebelahnya.
"Amira! Ayo pulang! Sudah cukup, yang ada kamu malu sendiri. Ponsel Juna juga tidak aktif sejak tadi aku hubungi, sudahlah, nanti kita tanya ke dia kalau ketemu."
Meski menolak, Anxel menggendong tubuh istrinya seperti seorang penculik yang membawa mangsa kecilnya.
