"Lihat saja, Naya. Itu baru pemanasan. Meskipun aku tidak bisa datang ke rumahmu, tapi aku masih bisa mengawasimu di mana saja. Buktinya sekarang, aku masih bisa mencelakai anakmu dari halaman tetanggamu." puas Bianca yang merasa berhasil dengan kejahatannya.
Panah yang mengenai hiasan kaca itu adalah ulah Bianca. Setelah ia mencelakai Rafael hingga masuk rumah sakit, ia menargetkan anak Naya yang akan menjadi korban kedua. Bianca sudah meyakini hatinya jika dirinya akan selalu membuat hidup Naya tidak tenang.
Setelah kepergian Seno, ia jadi semakin geram pada Naya. Harapannya hancur berbarengan dengan orang yang dikasihinya. "Apa aku salah mengharapkan kekayaan Dristamto Xei? Jika aku salah, berarti harusnya aku hanya menyukainya saja tidak dengan embel-embel mendapatkan banyak harta. Tapi, jika tidak juga Seno akan tetap pada pendiriannya. Tidak mencintaiku, dan tetap mengabaikanku." batinnya menggerutu.