"A-aem … e-enggak. Aku gak ngelamun. Aku hanya ngerasa gak nyangka aja kalau ternyata aku bisa melewati hari-hari di sini." jawab Naya beralasan. Bahaya jadinya jika kali ini Naya berbicara jujur, karena bisa jadi Seno marah sampai waktu yang tidak bisa ditentukan.
Mendengar itu semuanya kembali ke aktifitasnya masing-masing, terlebih Seno yang sekarang sedang fokus mengikat ujung hijab Naya. Karena Naya tidak mau kejadian barusan terjadi lagi, ia langsung melirik ke arah Nemi untuk melakukan sesuatu.
Bukan Nemi namanya jika tidak banyak ide. Ia langsung pergi ke dapur dan membawakan secangkir kopi hangat buatannya. Ia sengaja membuatnya karena beberapa bulan ini Seno sedang menyukai kopi. Melihat ada kopi di hadapannya, Seno langsung bangkit dan meraih cangkirnya.
"Tau aja si bibi kalau aku pengen ngopi." ucap Seno dengan seruputannya yang terdengar jelas di telinga orang-orang yang ada di sana.