"Kenapa dia jadi menatapku seperti itu, padahal aku tidak mengenalnya. Kita belum pernah bertemu sekalipun, dan sekarang dia malah memelototiku seperti itu. Pria aneh." cerca Sisil dengan wajahnya yang dibuat tidak menyenangkan. Ia akan lebih menyerang ketika ada orang yang menyerangnya.
Sisil tidak akan peduli siapa orang itu. Mau dia kaya, miskin, menduduki jabat tertinggi, tidak memiliki kekuasaan, maka ia tidak akan menggantungkan hidupnya pada mereka. Terlebih sekarang, Dito. Dito tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan pria lain. Ia akan sangat mudah mengalahkannya meski dengan satu tangan.
"Dito! Ada denganmu? Kenapa kamu bisa membobol perizinan yang dibuat oleh penanggung jawab keamanan?" geram Naya lagi. Bukannya menjawab, ia malah terus melemparkan tatapannya pada Sisil. Ia merasa jiji karena Sisil sudah bermuka dua. Padahal yang ia tahu, Naya tidak pernah memiliki masalah dengan siapapun. Termasuk Sisil.