Naya mengangguk, "Iya, mas gak papa itu udah kewajiban aku sebagai istri. Mau shalat sama mau ngasih tau itu. Barusan juga aku udah hubungi Dinda, ko. Dan dia siap katanya."
Seno semakin bangga memiliki istri seperti Naya. Meskipun jauh, sibuk, tapi masih saja memperhatikannya.
"Istriku the best banget sih." lagi-lagi Seno memuji. Sudah bisa dipastikan jika Bianca tidak menyukai itu, ia meraih sendoknya dan mematahkannya. Namun hasilnya nihil, Bianca tidak sekuat pesilat ataupun pendekar.
Dari sana Naya izin untuk mematikan sambungan video call-nya. Ia menitipkan salam sayang untuk mama mertuanya. Fania yang merasa tersentuh hanya bisa menyembunyikannya dari mereka, terlebih dari Bianca. Jangan sampai Bianca tahu jika hatinya sudah mulai menyukai Naya. Urusannya akan panjang jika Bianca mengetahuinya.