"Cobeknya masih belum menyatu, Sen. Aku mau pulang saja."
Seno terbelalak saat Naya mengucapkan hal demikian. Jelas ia terkejut, karema baru saja ia bangun tidur telinganya sudah disuguhkan dengan ucapan yang tidak pernah ia duga. Terlebih sebelumnya semangat Naya untuk mengikuti pelatihan di negeri Denmark sangatlah tinggi.
Dengan perlahan Seno melepaskan pelukannya dan menatap wajahnya yang tampak layu. Ia menjelaskan jika apa yang terjadi sekarang tidak boleh menggugurkan rasa semangatnya dalam meraih mimpi. Ia pun mengatakan jika dirinya akan mencarikan cobek batu yang serupa untuk Naya.
"Tidak ada yang serupa dengan cobek peninggalan ibu, Seno. Cobek itu menyimpan banyak kenangan aku bersamanya, dan itu tidak akan didapatkan dari cobek manapun." sahut Naya.
