"Tapi kan di pelatihan ini tidak ada aturan untuk pelarangan tertawa, coach." Dinda memberanikan diri.
Coach-nya mulai tidak nyaman, ia melangkah mendekati Dinda dengan tatapan yang tajam. "Jadi kamu berani melawanku sebagai coach?" Tantangnya.
Sebagai coach wanita satu-satunya, tentu Bianca merasa dielu-elukan oleh semua orang. Terlebih prestasinya dalam dunia masak-memasak sudah tidak diragukan lagi, dengan itu Bianca selalu memandang rendah siapapun murid yang menentangnya termasuk Naya dan Dinda.
Saat Seno dipercaya untuk mengatur keberjalanannya rumah pelatihan ini, Bianca terus berusaha mencuri perhatiannya dan tidak pernah lelah untuk mendapatkan pujian dari siapapun. Seno pun pernah dekat dengannya, namun tidak lebih sebagai atasan dan bawahan. Saat itu Seno sedang kambuh ke-playboy-annya, tapi entah kenapa melihat Bianca tidak ada keteratikan sama sekali meski sudah banyak menorehkan prestasi.